Pengalaman Berziarah ke Makam Sunan Kudus

Ziarah Makam Sunan Kudus



Informasi 

Berikut ini saya ceritakan pengalaman saya saat berziarah ke Makam Sunan Kudus yang berada di Kota Kudus. Dalam bercerita saya lebih banyak menggunakan foto yang saya dokumentasikan saat berziarah ke Makam Sunan Kudus, supaya memberikan gambaran yang lengkap.
Berziarah ke Makam Sunan Kudus

Makam Sunan Kudus berada di area Masjid Menara yang juga dibangun pada masa Sunan Kudus.  

Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kota Kudus, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus Jawa Tengah.

Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.

Setelah beberapa tahun mengabdi dan berdakwah di wilayah Kudus, Ja'far Shadiq atau Sunan Kudus pun tutup usia, tetapi tahun kematiannya tidak diketahui dengan jelas. Makam Sunan Kudus terletak di bagian belakang Masjid Menara  Kudus, Jawa Tengah.

Lokasi   

Makam Sunan Kudus berada di area Masjid Menara Kudus dan tepatnya ada di belakang Masjid.
Masjid menara Kudus saat berziarah ke Makam Sunan Kudus
Dari arah depan gerbang, bisa melewati pintu gerbang masjid atau melalui gerbang khusus Makam Sunan Kudus yang berada di sisi selatan Masjid. 
Gerbang menuju  ke Makam Sunan Kudus
Dari Gerbang masuk sekitar 56 meter, akan memasuki area gerbang  dengan teras dan pintu kayu jati yang unik dan digarap dengan halus.

Sejarah  

Sunan Kudus yang juga dikenal sebagai Ja'far Shadig merupakan santri alumni dari pesantren Ampeldenta yang didirikan oleh Sunan Ampel, 

Sosok Ja'far Shadiq lahir dari keluarga bangsawan Kerajaan Demak. Jika ditarik lebih jauh lagi, jalur keturunannya sampai ke nasab Nabi Muhammad SAW melalui jalur Husain bin Ali RA. Ayahnya adalah Usman Haji bin Ali Murtadha, saudara kandung Sunan Ampel. 

Sebelum meninggal, ayahnya adalah senopati atau panglima Kerajaan Demak. Usai mangkat, Ja'far Shadiq menggantikan jabatan ayahnya untuk memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Demak. 

Melalui posisi senopati itulah, Sunan Kudus menyebarkan Islam di wilayah Demak. Selain menjabat sebagai senopati, ia juga diangkat menjadi imam besar Masjid Agung Demak, serta menjadi qadhi atau hakim di Kerajaan tersebut. 

Ketika terjadi perselisihan internal di kerajaan Demak, Ja'far Shadiq kemudian pindah ke kawasan Tajug, nama awal dari Kota Kudus. Di kawasan Tajug ini, Ja'far Shadiq tidak lagi aktif di dunia politik dan fokus menyebarkan dakwah Islam. Strategi dakwah yang ia usung adalah melalui pendekatan seni dan budaya. 

Sunan Kudus tidak langsung melarang masyarakat yang masih menganut kepercayaan animisme dan agama Hindu-Buddha, melainkan merangkulnya pelan-pelan. Berkat kharisma dan keluwesan pergaulannya, Ja'far Shadiq memperoleh simpati dari masyarakat. 
Tajug di atap Gerbang menuju  ke Makam Sunan Kudus
Perubahan nama dari Tajug ke Kudus juga dipengaruhi oleh Sunan Kudus berkat penerimaan dakwah yang disampaikan di wilayah Tajug kemudian berganti nama dengan Kudus, yang diambil dari kata Al-Quds, sebuah kota suci di Yerusalem. 

Berkat penamaan inilah Ja'far Shadiq dikenal dengan julukan Sunan Kudus. Sunan Kudus kemudian mengembangkan dakwahnya melalui akulturasi budaya dengan perlahan agar bisa diterima masyarakat setempat. Terbukti, masjid Kudus yang dibangun di masa dakwah beliau memiliki arsitektur unik. Menara masjidnya serupa candi. Sunan Kudus berhasil mengompromikan arsitektur Islam, Jawa, Hindu-Buddha, dan Tionghoa.

Cerita tentang Sunan Kudus dan bentuk makam serta bangunan Masjid Menara yang mirip dengan Candi juga ada pituturnya.

Kala itu, mayoritas rakyat Kudus atau awalnya dikenal dengan Tajug, memeluk ajaran agama Hindu dan Buddha. Upaya Sunan Kudus untuk mengajak masyarakat memeluk agama Islam bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi hampir semua masyarakat saat itu masih berpegang teguh dengan kepercayaan dan adat istiadat saat itu. Namun hal tersebut menjadi penyemangat bagi Sunan Kudus untuk tetap bersabar dan menjaga keteguhannya dalam berdakwah.

Suatu ketika, Sunan Kudus membeli seekor sapi dari Hindia. Sapi yang dibelinya tersebut kemudian dibawa oleh para pedagang asing dengan mengugnakan kapal besar dan akhirnya diantarkan dan ditempatkan di halaman rumah beliau.

Banyak masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Hindu penasaran kenapa Sunan Kudus membawa sapi tersebut ke rumahnya. Karena dalam pandangan agama Hindu, sapi dianggap sebagai hewan yang suci dan dipergunakan sebagai kendaraan para dewa.

Di dalam agama Hindu sendiri menyembelih sapi merupakan suatu perbuatan dosa dan dikutuk oleh dewa. Dalam waktu sekejap saja setelah sapi tersebut sampai di halaman rumah Sunan Kudus, masyarakat sekitar baik yang beragama Hindu atau Buddha ramai mendatangi halaman rumah Sunan Kudus.

Akhirnya beliau memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan berbicara dengan masyarakat yang ramai berkumpul di halaman rumahnya itu. Beliau mengatakan bahwa rakyatnya itu tidak boleh menyakiti apalagi menyembelih sapi.

Beliau kemudian juga bercerita bahwa saat masih kecil, beliau pernah ditolong oleh seekor sapi dan diberi susu yang segar. Masyarakat yang beragama Hindu merasa sangat kagum dengan cerita Sunan Kudus tersebut. Mereka menganggap bahwa Sunan Kudus merupakan titisan Dewa Wisnu. Akhirnya dari kejadian tersebut masyarakat di sana bersedia untuk mendengarkan ceramah Sunan Kudus dengan senang hati.

Beliau kemudian menyampaikan bahwa di dalam Al-Quran juga terdapat sebuah surat khusus tentang sapi, yaitu dalam bahasa Arab surat tersebut bernama Al-Baqarah. Mendengar hal tersebut, masyarakat yang beragama Hindu semakin tertarik lagi untuk mendengarkan cerita dari beliau.

Setelah kejadian tersebut, banyak masyarakat yang merasa simpati dengan Sunan Kudus dan dengan ajaran yang dibawanya. Masyarakat Hindu kemudian banyak yang memeluk agama Islam dengan suka rela dan tanpa paksaan.

Selanjutnya beliau juga mendirikan sebuah masjid yang arsitektur bangunannya dibuat tidak jauh berbeda dengan bangunan candi.

Masjid Menara Kudus yang bangunannya mirip Candi, Kudus
Hal tersebut bisa dilihat pada bentuk menara Masjid Kudus. Bentuk tersebut dipilih agar masyarakat Hindu merasa akrab dan nyaman, sehingga tidak segan untuk masuk ke dalam masjid dan mendengarkan ceramah Sunan Kudus.

Baca juga :

Suasana

Sunan Kudus meninggal pada tahun 1550 M, beliau wafat dalam keadaan yang didambakan setiap umat muslim. Sunan Kudus meninggal dunia dalam keadaan sedang bersujud kepada Allah saat menjadi imam sholat subuh berjamaah di Masjid Menara Kudus.
Suasana peziarah di Makam Sunan Kudus
Sunan Kudus kemudian dimakamkan di are Masjid Menara Kudus, tepatnya di sebuah pendopo di bagian belakang bangunan utama Masjid. Untuk masuk ke area makam tersebut terdapat jalan yang khusus yang bisa dilalui, namun bisa juga dengan melewati gapura sebelah kiri Masjid Menara Kudus.
Gerbang Makam Sunan Kudus

Hingga sekarang, makam Sunan Kudus banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah.
Papan bertuliskan Makam Kanjeng Sunan Kudus
Bersyukur pada saat berziarah ke Makam Sunan Kudus, saya seperti diberikan kemudahan karena tidak antri dan suasana benar benar khidmat dan khusyuk.
Pintu masuk ke gerbang Makam Sunan Kudus
Berikut pengalaman saya saat berziarah di Makam Sunan Kudus dan disajikan dalam bentuk foto foto yang semoga membantu teman teman untuk menggambarkan Makam Sunan Kudus.
Pintu jati dan Pegangan Pintu yang unik di Gerbang Makam Sunan Kudus
 
Setelah memasuki pintu kayu jati, di sisi kanan ada pendopo yang berisi petugas jaga yang mendaftar pengujung yang akan berziarah ke Makam Sunan Kudus.
Informasi petugas jaga di Makam Sunan Kudus
Pengunjung mengisi buku tamu di buku yang sudah disediakan. Berikutnya di sisi sebelah kiri, terdapat pendopo dengan tiang kayu jati yang juga indah dan dikerjakan dengan baik.
Tiang dari kayu jati di Joglo sebelah kiri pintu masuk Makam Sunan Kudus
Di sisi tengah, juga terdapat pendopo tempat pengunjung yang beristirahat atau antri untuk memasuki area makam Sunan Kudus.
Bak Air di area Makam Sunan Kudus
Di ujung sebelah kanan tedapat tempat berwudhu yang di pinggirnya dihiasi piring piring kecil yang unik.
Piring yang tersusun di ujung bak di area Makam Sunan Kudus
Sebelumnya pengunjung diminta untuk memasukkan alas kaki ke kantong plastik jika ingin memasuki area makam atau meninggalkannya di area pendopo. 

Air kolam atau bak ini terasa dingin dan segar. Saya mengambil wudlu di area kolam air meskipun saya masih punya wudhu saat menunaikan sholat dhuhur di Masjid Menara.
Tembok yang membatasi gerbang dan area makam di kompleks Makam Sunan Kudus
Setelah berwudhu, saya pun mulai memasuki area makam Sunan Kudus yang ditandai dengan Gapura.
Kompleks makam pangeran di area Makam Sunan Kudus
Di belakang gapura, tampak area pemakaman dari kerabat dan pangeran semasa Sunan Kudus.
Area makam pangeran di kompleks Makam Sunan Kudus
Saya perhatikan, di kompleks Makam Sunan Muria, ada area makam kerabat dan area Makam Sunan Kudus yang didalamnya juga banyak jajaran makam kerabat.
Area makam di kompleks Makam Sunan Kudus
Saya sajian foto foto makam yang terlihat berjajar rapi dan dikelompokkan sesuai silsilah dan kekerabatan.
Papan petunjuk Makam Pangeran di area Makam Sunan Kudus
Kompleks makam Pangeran berada paling depan dari kompleks makam. berjajar rapi dan berada di dalam bangunan joglo.
Area makam kerabat dan pengikut di area Makam Sunan Kudus
Pemakaman tertata rapi dan bersih dan beberapa orang tampak berziarah di kompleks makam ini.


Makam Pontjowati Panglima tertinggi Angakatan Perang di area Makam Sunan Kudus
Terdapat makam Pontjowati yang merupakan Panglima Tertinggi Angkatan perang di masa itu.

Area Makam Sunan Kudus di sebelah kanan setelah memasuki gerbang makam utama.  Makam Sunan Kudus dibungkus dengan kain putih dan berbentuk segi empat.
Suasanan peziarah di Makam Sunan Kudus
Saya pun bersimpuh untuk mendoakan kebesaran jasa beliau dalam berdakwah menyebarkan agama Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa, Kudus.  Semoga arwah beliau ditempatkan disisi  dan dimuliakan Allah SWT.
Foto Pintu di Makam Sunan Kudus

Kharisma beliau yang mengajarkan toleransi dan cara hidup Gusjigang yang hingga saat ini tertanam di jiwa masyarakat.
Makam Sunan Kudus
Toleransi, Ajaran pertama yang diterapkan oleh Sunan Kudus yaitu mengenai toleransi. Dimana beliau meminta agar masyarakat tidak menyembelih sapi saat hari raya Idul Adha. Hal tersebut dilakukannya karena binatang sapi dianggap suci oleh masyarakat Hindu dan Buddha pada saat itu.

Sebagai gantinya, mereka boleh menyembelih kerbau atau kambing sebagai hewan kurban.

Sikap toleransi ini menjadi kunci agar masyarakat muslim bisa hidup rukun dan berdampingan antar sesama manusia mesti berbeda keyakinan.

Selain itu hal ini juga dilakukan sebagai salah satu strategi dakwah beliau, dimana dengan begitu Umat Hindu akan menganggap baik Sunan Kudus dan mau mempelajari agama Islam.
Kompleks Makam Ahli Waris Kanjeng Soenan Koedoes di area Makam Sunan Kudus
Ajaran Gusjigang, Sunan Kudus juga menerapkan ajaran “Gusjigang” yang mengajarkan cara hidup yang benar di dunia dan di akhirat.

Ajaran ini selalu ia sampaikan kepada semua santrinya. Gusjigang sendiri berasal dari kata “Bagus, Ngaji, dan Dagang”. Gus berarti bagus akhlaknya, Ji berarti rajin mengaji, dan Gang berarti dagang.

Ajaran ini bermaksud selain mementingkan kehidupan saat ini, duniawi, juga harus mengimbanginya dengan kehidupan yang akan datang, akhirat.

Maka tidak heran jika kota Kudus hingga saat ini memiliki perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Hingga sampai saat ini kota tersebut masih terkenal dengan kemauan ekonominya sebagai kota kretek.

Nama Asli Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan
Tempat lahir                 : Al-Quds, Palestina
Tanggal lahir                : 9 September 1400 M
Tempat, tahun wafat Kudus, 1550 M
Nama Ayah                  : Raden Usman Hajji (Sunan Ngudung)
Nama Istri                   :     Syarifah Dewi Rahin binti Sunan Bonang
Tempat tinggal          :     Kudus, Jawa Tengah
Dikenal atas                : Anggota Walisongo paling alim
Gelar                  :     Waliyyul Ilmi
Pekerjaan Penasehat Sultan (Sultan Demak), Panglima perang, Qadhi, Mufti, Imam besar Masjid Demak, Imam besar Masjid Kudus, Ketua Pasar Islam Walisongo, Ketua Baitulmal Wlisongo, Penanggung Jawab Pencetak Uang Walisongo.

Gerbang Makam Sunan Kudus

Dokumentasi

Beberapa foto yang tidak masuk dalam cerita saya tampilkan di dokumentasi, semoga dapat menggambarkan suasana di Makam Sunan Kudus.

Tembok mirip candi di kompleks Makam Sunan Kudus






Bunga Peziarah di Makam Sunan Kudus


Gerbang menuju  ke Makam Sunan Kudus dari Masjid Menara


Ornamen di Gerbang menuju  ke Makam Sunan Kudus

Ornamen di tiang bangunan di salah satu joglo di area Makam Sunan Kudus

Tiang kayu jati di salah satu bangunan Joglo di area Makam Sunan Kudus

Bak air untuk berwudhu di Area Makam Sunan Kudus

Bak Air di Area Makam Sunan Kudus

Air yang bening dan segar dari Bak Air di area Makam Sunan Kudus



Tempat petugas mendata para Peziaran di area Makam Sunan Kudus





Tanda di Tembok penghalang di area Makam Sunan Kudus
























Himbauan untuk tidak menggunakan Pengeras Suara saat di area Makam Sunan Kudus






Pola Lantai Keramik yang unik di area Makam Sunan Kudus




Salah satu gerbang area makam di kompleks area Makam Sunan Kudus



Informasi Pemotretan 

Pemotretan 
Lokasi pemotretan di Makam Sunan Kudus
Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D750
F Stop : f/4
Exposure time : 1/100 sec.
ISO Speed : ISO 250
Focal lengh : 120 mm
Lens : 
Nikon AF-S 24 - 120 mm F/2.8G IF-GED VR NIKKOR

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengalaman Berziarah ke Makam Sunan Kudus"

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.

Popular Posts