Sejarah Kota Jakarta, Museum Fatahillah, Penjara yang Megah

Seri Sejarah

Museum Fatahillah
Penjara Bersejarah 

Museum Fatahillah.

Cuplikan status di Facebook saya pada 5 Juli 2019

Sejarah Kota Tua Jakarta, apa yang ada di benak anda.  Kota taklukan Fatahillah dan kemudian dihancurkan dan dibangun kembali oleh Jan Pieterszoon Coen saat memimpin VOC menjadi Kota Baru Batavia.

Kota Baru, ya saat itu tahun 1620, dan saat saya berkunjung ke sekian kalinya termasuk kali ini tahun 2019, sudah disebut Kota Tua.

Kota yang dirancang dengan kanal kanal sebagai irigasi dan dinding dinding tebal seperti benteng dan selesai dibangun tahun 1650. 

369 tahun yang lalu, tempat saya berdiri merupakan bangunan penting dan menyaksikan berbagai peristiwa sejarah yang menghiasi kisah Bangsa Indonesia.

Beruntung sekali masih bisa menyaksikan landmark Kota Tua yang saat ini menjadi tujuan Wisata Sejarah meskipun lebih banyak yang naik sepeda atau sekedar bercanda tanpa menghiraukan kisah bangunan bisu ini.

Saat ini banyak bangunan dan aristektur bersejarah yang memburuk kondisinya, meskipun upaya perawatan dan perbaikan terlihat diupayakan.

Jangan sampai anda hanya mendengar ceritanya saja, berkunjunglah sebelum bangunan ini terlekang oleh waktu.

Banyak orang sekitar Jakarta yang kadang karena lokasinya dekat, malah tidak pernah berkunjung ke situs Kota Tua. 

Jakarta sudah menyediakan transportasi gratis dan mewah dari berbagai lokasi menuju tempat ini

Menyaksikan dan Mengabadikan Gerhana Bulan 2021, Super Blood Moon dan Bagaimana Memotret Gerhana Bulan?

Museum Fatahillah, Jakarta
Museum Fatahillah

Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini Museum Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.

Salah satu Plakat gambar di Gedung Kota Tua. foto by EBU 

Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta Lama'’ diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.

Museum Fatahillah memiliki nama resmi Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Museum Fatahillah, Jakarta
Bangunan ini dahulu merupakan balai kota Batavia (bahasa Belanda: Stadhuis van Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1712 atas perintah Gubernur-Jendral Joan van Hoorn. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, bangunan ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Salah satu Plakat gambar di Gedung Kota Tua. foto by EBU 

Pada abad ke-18, kompleks Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah berfungsi sebagai gedung pemerintahan, catatan sipil, pengadilan, dan terdapat ruang bawah tanah yang digunakan sebagai penjara. Terdapat lima ruang penjara pria dan satu penjara wanita. Sejumlah pahlawan nasional pernah ditahan di sini. Untung Suropati sempat ditahan di ruang bawah tanah untuk menunggu hukuman, tetapi berhasil kabur dan melawan Hindia Belanda. Pangeran Diponegoro pernah ditahan di kompleks ini, tetapi ditempatkan di ruang kepala penjara yang berada di atas ruang penjara wanita. Cut Nyak Dhien juga ditahan sementara di penjara bawah tanah sebelum diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.

Museum Fatahillah Sumber Kompas 27/06/2021





Berikut Fakta Fakta Museum Fatahillah 
  • Bangunan yang diresmikan sebagai museum pada 1974 ini dirancang oleh WJ van de Velde dan J Kremmer. Mereka terinspirasi bentuk Istana Dam di Belanda.
  • Luas lahan 13.388 m2, Luas bangunan lebih dari 1.300 m2
  • Di dalam menara terdapat lonceng yang bernama Soli Deo Gloria yang dibuat 1742. Lonceng didentangkan untuk mengundang masyarakat datang ke lapangan
  • menyaksikan pelaksanaan hukuman bagi tahanan. Lonceng terakhir dibunyikan pada 1896. Terdapat ornamen penunjuk arah mata angin di atas menara.
  • Pada lukisan milik Johannes Rach, pegawai VOC, di tengah lapangan tergambar air mancur yang menjadi sumber air untuk masyarakat sekitar. Saat pemugaran kompleks museum pada 1972, dilakukan penggalian dan ditemukan fondasi air
  • mancur yang lengkap dengan pipanya. Kemudian dilakukan pembangunan kembali sesuai lukisan
  • Teras menjadi tempat eksekusi tahanan di depan masyarakat umum.
  • Meriam Si Jagur peninggalan Portugis dengan kaliber 25 mm, panjang 3,85 m, dan berat 3,5 ton. Awalnya, berada di Benteng Portugis St Jago de Barra di Makau. Kemudian dipindahkan ke Malaka, Malaysia, pada awal abad ke-16.
  • Belanda kemudian membawa ke Batavia setelah mengalahkan Portugis pada 1641.
  • Museum Fatahillah memiliki koleksi yang menggambarkan kondisi Jakarta dari masa prasejarah hingga abad ke-19
  • Penjaran Bawah Tanah
  • Ruang tahanan pria dan wanita di bawah tanah tidak terdapat tempat untuk buang air kecil dan air besar.
  • Air selalu menggenangi lantai dengan ketinggian 5 cm karena letak ruangan lebih rendah dari garis pantai. Tahanan akan tidak nyaman duduk, hanya dapat jongkok.
  • Setelah ditangkap di daerah Magelang, Pangeran Diponegoro dibawa ke Ungaran, kemudian dibawa ke Batavia dari pelabuhan Semarang. Pangeran Diponegoro mendiami ruangan pada 8 April 1830 sebelum akhirnya dipindah ke Manado dan dipindah lagi ke Makassar, sampai akhir hayatnya.
  • Patung Dewa Hermes merupakan dewa dari mitologi Yunani yang melambangkan keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang. Patung ini pada awalnya terletak di jembatan Harmoni, sekitar 5 km dari museum. Setelah patung asli dipindah ke museum, di Harmoni ditempatkan replikanya.
  • Dalam satu ruangan dihuni hingga puluhan tahanan. Lima ruang penjara pria beratap melengkung dan terdapat satu jendela berterali ganda berbahan baja.
  • Ketebalan tembok 50 cm 1,7 m 3 m Ketinggian pintu 1,5 m
  • Tahanan pria dibelenggu dengan bola besi berantai. Dengan keliling lingkaran
  • bola 80 cm dan berat lebih dari 50 kg, bola besi membuat tahanan tidak dapat
  • melarikan diri.




Kronologi Kompleks Museum Fatahillah

  • 27 April 1626 Gubernur Jenderal Pieter de Carpentier membangun gedung balai kota baru.
  • 25 Januari 1707 Direnovasi Gubernur Jenderal Joan van Hoorn.
  • 10 Juli 1710 Bangunan ini diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck meskipun belum selesai terbangun.
  • 1712 Selesai keseluruhan
  • 1925-1942 Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat
  • 1942-1945 Kantor pengumpulan logistik Dai Nippon
  • 1952 Markas Komando Militer Kota I
  • 1964 Kodim 0503 Jakarta Barat
  • 1968 Diserahkan ke Pemda DKI Jakarta
  • 1973 Lapangan yang sudah dipugar diberi nama Taman Fatahillah
  • 30 Maret 1974 Gedung dibuka untuk umum dengan nama Museum Sejarah Jakarta

Dipamerkan dalam ruang dengan penamaan, di antaranya:

• Prasejarah Jakarta
• Tarumanegara
• Jayakarta
• Fatahillah
• Sultan Agung
• MH Thamrin
• Buni
• Kerajaan Sunda
• Sultan Agung Mataram
• Kedatangan VOC
• 1527
• Prasasti Padrao
• Solomon
• Sidang
• Sketsel
• Indies
• Ommeladen
• Dewan Kotapraja
• Penjara bawah tanah


Sumber, Kompas, Minggu, 27 Juni 2021

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah Kota Jakarta, Museum Fatahillah, Penjara yang Megah"

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.

Popular Posts