Gambang Keromong, Kisah Kesenian Musik Warisan Akulturasi China - Betawi Indonesia
Seri Kesenian
Gambang Keromong
Musik Akulturasi Dua Budaya
Gambang Keromong
Musik Akulturasi Dua Budaya
Gambang Keromong, Kisah Kesenian Musik Warisan Akulturasi China - Betawi Indonesia
Ada artikel bagus mengenai salah satu kesenian yang di Indonesia..dan artikel ini perlu diarsipkan dan menjadi koleksi tulisan tentang kesenian.
Secara etimologi, Gambang Kromong berasal dari penyebutan dua instrumen perkusi yang digunakan, yaitu gambang dan kromong. Gambang terdiri dari 18 bilah; terbuat dari kayu suangking, huru batu, atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Sedangkan kromong terbuat dari perunggu atau besi, tersusun atas 10 keping plat dengan nada yang diatur berurutan.
Gambang Keromong, Sumber travelinkmagz |
Hubungan sinergis antaretnis akan menghasilkan harmoni yang indah dalam kehidupan. Setidaknya itulah pesan moral yang dapat diambil dari asal-usul gambang kromong di tengah masyarakat Betawi. Alunan gamelan yang berpadu dengan alat-alat musik Tionghoa menghasilkan simfoni nan unik.
Dari Batavia, gambang kromong menyebar ke seluruh penjuru kota. “Kini, ia tidak hanya dikenal di Jakarta, tetapi juga di bagian utara Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek), bahkan hingga sebelah barat dan utara Krawang sekarang. Kawasan-kawasan itu memang merupakan area budaya Betawi,” tulis David Kwa dalam “Lebih Dalam Tentang Gambang Kromong dan Wayang Cokek” di Jurnal Kesenian Cisadane. Juni 2005.
Pemimpin golongan Tionghoa pada abad ke-18 yang juga seorang seniman, yakni Kapiten
Noe Hoe Kong, mengawali penggabungan alat musik tradisional dengan alat musik khas
China. Kesenian ini mulai populer pada tahun 1930-an di kalangan masyarakat peranakan
Tionghoa yang sekarang dikenal dengan nama Cina Benteng. Orkes gambang keromong
berfungsi sebagai sarana penyemarak upacara adat dalam rangka lingkaran hidup
seseorang (perkawinan, nazar, dan sunatan), dan juga berfungsi untuk mengiringi tarian
cokek, ataupun untuk teater lenong. Hingga saat ini, gambang keromong masih dipakai
dalam perayaan ataupun upacara pernikahan warga Cina Benteng.
Akulturasi dua alat musik itu memiliki akar sejarah yang panjang. Menurut majalah Pantja Warna edisi Juni 1949, orang-orang Tionghoa di Jawa senang mendengarkan gamelan dan coba memainkannya. Tapi di Batavia (Jakarta), permainan gamelan kurang halus sehingga orang Tionghoa lebih suka orkes yang khim.
Orkes gambang rupanya digemari kaum Tionghoa. Sekitar tahun 1880, kepala kampung Tionghoa Pasar Senen bernama Bek Teng Tjoe menyajikan orkes gambang dengan iringan kromong, kempul, gendang, dan gong. Rupanya eksperimen ini membuat gembira para pendengarnya. Sejak itulah orkes gambang kromong mulai dikenal.
Orkes yang khim terdiri dari yang-khim (sejenis siter), sukong (rebab besar), thehian (rebab sedang), kongahian (rebab kecil), hosiang (instrumen gesek berdawai tiga), sambian, suling, pan (kecrek), dan ningnong (alat musik pukul dari dua piringan logam).
Namun yang-khim sulit didapat. Maka, orang Tionghoa di Jakarta menggantikannya dengan gambang yang terdapat pada gamelan. Sementara sambian dan hosiang ditiadakan tanpa mengurangi nilai penyajian. Dikenallah istilah orkes gambang. Karena membawakan lagu-lagu Cina, orkes ini sering disebut gambang cina.
Instrumen pukul dari logam berbentuk mirip dengan bonang (salah satu bagian dari perangkat musik Jawa). Keromong yang terdiri atas 10 buah dalam 2 baris ini mempunyai unsur nada Tionghoa yang terdapat pada baris bagian luar keromong yang terdiri dari nada Siang (c), Liuh (a), U (g), Kong (e), dan Che (d) yang ditabuh (dipukul) bersamaan atau beriringan antara barisan luar dan dalam, seperti: 1-8 (satu dengan delapan), 2-10, 3-9, 4-7, dan 5-6.
Wilayah Perkembangan Gambang Keromong
Lambat laun, orkes gambang keromong mulai terkenal dan menyebar ke seluruh penjuru kota. Saat itu tidak hanya dikenal di Jakarta, tetapi juga di bagian utara Kota Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Kawasan-kawasan tersebut memang merupakan area budaya Betawi.
Saat ini dikenal dua liau (gaya) dalam musik gambang kromong:
- Liau kulon (barat) dan liau wetan (timur). Sesuai namanya, liau kulon berkembang di Jakarta Barat sampai Tangerang, sedangkan
- Liau wetan di Jakarta Timur dan Bekasi.
Pada liau kulon masih lebih terasa pengaruh musik Tionghoa plus Betawinya, sedangkan laiu wetan banyak dipengaruhi ragam musik gamelan sunda (Topeng dan Tanjidor)
Alat Musik Gambang Kromong
Sesuai namanya, gambang kromong menggunakan dua alat musik utama berupa gambang dan seperangkat kromong. Saat ini keduanya disertai alat musik lain sebagai pelengkap, yakni sukong, thehian, kongahyan, kecrek, ningnong, gong, kempul, dan gendang.
Orkes gambang keromong mulanya hanya menggunakan tehyan, kongahyan, dan sukong, lalu berkembang menggunakan bangsing (suling) dan ningnong yang dipadukan dengan gambang, kemudian ditambah keromong, gendang, kempul, dan gong. Seiring perkembangan zaman, orkes gambang keromong dapat dikombinasikan dengan beberapa alat musik modern, seperti gitar, bas, organ, drum, saksofon, dan alat modern lainya.
Sukong, thehian, dan kongahyan merupakan alat musik gesek berdawai dua, direntangkan pada tempurung berlapis kulit dan berleher kayu panjang. Ketiganya berfungsi sebagai pembawa melodi dan ornamen lagu yang bervariasi.
Pemain Gambang Kromong
Gambang kromong dibawakan oleh 8-12 pemain ditambah sejumlah penari, penyanyi, dan terkadang pemain lenong. Umumnya lagu-lagu yang dibawakan bertema humor, gembira, atau sindiran dengan gaya bersahut-sahutan antara penyanyi lelaki dan perempuan.
Tata Letak alat musik dan pemain Gambang Keromong, Sumber Kompas, 29/06/2021 |
Tata Letak Alat Musik Gambang Keromong di Atas Panggung
Penempatan alat tergantung pada tiap-tiap grup orkes gambang keromong dan sesuai dengan jenis alat musik yang dimiliki. Susunan secara umum:
• Baris pertama (depan): Gendang
• Baris kedua: Alat gesek yang terdiri dari tehyan, kongahyan, dan sukong
• Baris ketiga: Perkusi gambang dan keromong yang berdampingan kiri dan kanan
• Baris keempat (belakang): Gong, kecrek, dan ningnong
Gambang (Gamelan)
Gambang merupakan instrumen pukul tradisional yang terdiri atas bilah-bilah kayu berjumlah 18 buah dengan berbagai ukuran yang mirip seperti xilofon. Gambang dimainkan dengan alat pukul. Gambang dibagi dalam 3 oktaf. Nada yang terendah adalah nada Liuh (g) dan nada yang tertinggi adalah Siang (c).
Gong dan Kempul
Gong dan kempul terbuat dari logam, kuningan, ataupun besi yang posisinya menggantung dan saling berhadapan. Gong dan kempul dimainkan dengan cara dipukul. Ukuran gong lebih besar daripada kempul. Gong berfungsi sebagai penentu irama dasar, sedangkan kempul berfungsi sebagai pembatas ritme melodi. Oleh karena itu, gong dan kempul berfungsi sebagai hitungan birama
Ningnong dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat besi kecil secara bergantian kiri ke kanan atau kanan ke kiri sesuai irama. Fungsinya mengatur irama. Saat ini alat perkusi ini jarang digunakan. Instrumen ini hanya ditabuh atau digunakan pada lagu-lagu pobin.
Bangsing (suling)
Terbuat dari bambu kecil dengan enam buah lubang nada yang dapat dimainkan secara horizontal atau sejajar dengan mulut
Kongahyan
Alat musik gesek dari China yang terbuat dari kayu jati, bagian tabung resonansi terbuat dari batok kelapa, dan dilengkapi senar. Selain Kongahyan, tedapat pula Tehyan dan Sukong yang bentuknya mirip dan hanya dibedakan berdasarkan ukuran dan fungsi.
Gendang
Alat musik pukul (perkusi) yang terbuat dari kayu berbentuk silinder dan memiliki rongga. Pada lubang di kedua sisinya ditutup menggunakan kulit yang tidak sama besarnya.
Instrumen ini dimainkan dengan cara ditepuk menggunakan tangan. Gendang berfungsi sebagai instrumen pengatur irama yang memimpin permainan dalam musik gambang keromong.
Penyanyi
Pada umumnya terdiri atas 3 penyanyi. Penyanyi perempuan umumnya mengenakan kebaya encim.
Kecrek
Kecrek terbuat dari lempengan-lempengan logam yang disusun di atas papan kayu. Dimainkan dengan cara dipukul dan berfungsi sebagai pengatur irama dan menimbulkan efek bunyi tertentu.
Alat musik perkusi yang terbuat dari besi kepingan yang dilubangi pada bagian ujung
dengan beberapa lapisan besi diikat dan disusun di atas kayu. Instrumen ini dimainkan dengan cara memukulkan tongkat pendek dari kayu di atas kepingan yang tersusun tersebut. Instrumen ini berfungsi sebagai penghias irama pada lagu gambang keromong.
Nada Musik Gambang Kromong
Nada musik gambang kromong hanya memakai lima nada (pentatonis) yang punya nama dalam bahasa Tionghoa, yakni liuh, u, siang, che, dan kong atau secara berurutan sol (G), la (A), do (C), re (D), mi (E). Larasnya pun selendro khas Tionghoa sehingga biasa disebut selendro cina atau ada pula yang menyebutnya selendro mandalungan.mong
Lagu Gambang Kromong
Saat ini terdapat tiga jenis lagu yang disajikan pada musik gambang keromong, yaitu lagu pobin (syair dalam bahasa China), lagu dalem (klasik), dan lagu sayur (pop). Lagu-lagu yang dibawakan merupakan adaptasi dari lagu tradisional Tionghoa yang diperdengarkan dalam bentuk instrumental yang sangat jelas terdengar. Tangga nada yang digunakan merupakan tangga nada pentatonik China. Tangga nada tersebut biasa dikenal dengan selendro China atau salendro mandalungan
Tiga jenis lagu yang dibawakan gambang kromong.
- Lagu pobin, yang bersumber dari lagu-lagu tradisional Tiongkok, biasa dimainkan pada upacara pernikahan dan kematian orang Tionghoa. Karena dibutuhkan kemampuan membaca notasi dalam huruf Tionghoa, lagu phobin jarang dimainkan.
- Lagu Dalem, lagu dalem yang dinyanyikan dalam bentuk pantun dalam bahasa Melayu Betawi.
- Lagu sayur yang diciptakan untuk ngibing (menari) –biasanya dimainkan dengan gambang kromong kombinasi. Beberapa seniman yang mempopulerkan lagu sayur antara lain Benyamin Sueb, Bing Slamet, dan Ida Royani pada 1960-an.
Lagu Gambang Keromong, Lagu pop isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadang bersifat ejekan atau sindiran. Berbeda dengan lagu pobin yang bersifat tenang. Lagu pobin jarang dimainkan karena hanya beberapa seniman yang bisa memainkannya. Lagu klasik Betawi dalam iringan gambang keromong antara lain: ”Mas Nona” , ”Gula Ganting”, ”Semar Gunem”, ”Tanjung Burung”, ”Mawar,umpah” , dan ”Sayur Asem” . Lagu pop Betawi (sayur) antara lain ”Jali-jali”, ”Stambul”,”Surilang”,”Persi”, ”Akang Haji”, ”Kramat Karem”, ”Lenggang Kangkung” , dan ”Sirih Kuning”
Perbandingan Erhu dengan Sukong, Tehyan, dan Kongahyan
Sukong, Paling besar, menghasilkan suara lebih rendah, Sukong memiliki nada Su (a) dan Kong (e).
Tehyan, l.ebih kecil sukong dan lebih besar dari kongahyan. Tehyan memiliki nada Siang (c) dan Liuh (g).
Kongahyan, Paling kecil, menghasilkan suara lebih tinggi. Kongahyan memiliki nada Liuh (g) dan Che (d).
Erhu merupakan alat musik gesek yang terdiri dari dua buah senar. Erhu tersebar luas ke daerah Eurasia melalui jalur sutra yang merupakan jalur perdagangan dari bangsa Tiongkok. Alat musik erhu diketahu memiliki kemiripan dengan kongahyan, lalu terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa alat musik erhu telah banyak mengalami perkembangan, sedangkan kongahyan yang berada di Tangerang tidak mengalami perkembangan. Penggunaan alat musik ini dalam banyak acara kebudayaan masyarakat Betawi menunjukkan terjadinya akulturasi antara masyarakat Betawi dan bangsa Tiongkok
Tehyan adalah alat musik gesek yang terbuat dari kayu jati dengan tabung resonansi yang terbuat dari batok kelapa, dan dilengkapi senar. Alat musik khas Betawi yang menghasilkan nada-nada tinggi ini diadaptasi dari budaya Tionghoa, biasanya dimainkan dengan alat-alat musik lainnya dalam musik tanjidor.
Alat musik ini merupakan gabungan (alkuturasi) adat Betawi dan Tiongkok yang masuk ke Indonesia ketika zaman kolonial Belanda, pada abad ke-18. Pada saat itu, tehyan sering digunakan pada pesta pernikahan, perayaan, hingga pemakaman.
Kongahyan merupakan alat musik gesek mirip rebab yang dapat ditemukan di Jawa, Bali, dan Sunda, tetapi ukurannya lebih kecil. Alat musik ini digunakan dalam pementasan kebudayaan suku-suku di daerah tersebut. Alat musik ini berukuran lebih kecil dibandingkan tehyan dan sukong. Pada zaman dahulu, alat musik ini terbuat dari bambu, bukan dari batok kelapa, dan baru tahun 1950-an tabung bambu diganti menjadi tabung batok kelapa. Penggantian tersebut bertujuan untuk menghasilkan bunyi suara gesek yang lebih keras.
Kostum Gambang Keromong
Ada beberapa jenis kostum yang dikenakan pemain (laki-laki), yaitu
Sadariah, Busana yang digunakan saat jamuan resmi tingkat nasional.
Demang, Busana yang dikenakan kaum bangsawan dengan ciri khasnya kerah model baju China (lokcan).
Batik, Busana yang biasa digunakan saat ini.
Perlengkapan pakaian terdiri dari
- Kopiah atau peci
- Rantai dan kuku harimau
- Batik
- Jas
- Baju Koko lengan panjang
- Sarung
- Kain serong
- Celana batik
- Celana panjang
- Sepatu pantofe
- Sandal trompah - Sandal Jepit kulit
Sumber: "Akulturasi Budaya Tionghoa dan Betawi dalam Orkes Gambang Keromong di Tangerang, Jawa Barat", dan dari arikel Kompas 29 Juni 2021
0 Response to "Gambang Keromong, Kisah Kesenian Musik Warisan Akulturasi China - Betawi Indonesia"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.