Pengalaman Berkunjung ke Keraton Kanoman Cirebon

Pengalaman Berkunjung ke Keraton Kanoman Cirebon

Keraton Kanoman

Bersyukur saya bisa berkesempatan untuk berkunjung dan mempelajari sejarah Keraton Kanoman yang ada di Kota Cirebon.

Keraton Kanoman

Saat jogging pagi di Kota Cirebon yang berada di pesisir laut dan melihat ada Pasar. Tertarik dengan suasana Pasar yang terlihat kuno karena ada tembok tebal dan kokoh yang berdiri di depannya, maka masuklah kami menjelajah Pasar Kanoman ini.

Pasar Kanoman Cirebon

Tak terasa sampailah kami di belakang Pasar dan langsung membuat kami takjub, ternyata ada berdiri megah Keraton Kanoman yang merupakan salah satu bangunan kesultanan Cirebon dan dibangun tahun pada tahun 1678 M.

Siti Inggil dan Lawang Keblawong Keraton Kanoman

Kami pun dengan sangat bergembira berkeliling karena menemukan harta karun sejarah yang tak ternilai harganya.

Keluar dari belakang Pasar, terlihat ada seperti lapangan yang ternyata memang awalnya adalah alun alun. Tampak beberapa orang parkir kendaraan sambil menunggu ibunya atau istrinya berbelanja di Pasar Kanoman.

Gerbang Keraton Kanoman dengan Patung Harimau

Menurut cerita, dulunya Keraton Kanoman terlihat dari jalan besar dan tampak megah. Penjajah Belanda berpikir licik dengan menjauhkan keraton Kanoman dari rakyat Cirebon dengan sengaja memperluas areal pasar yang ada di sebelah timur alun alun dan mendirikan pasar di atas sebagian tanah alun alun.

Halaman Depan Keraton Kanoman

Kompleks Keraton Kanoman mempunyai luas sekitar 6 ha. Atas bantuan petugas Keraton Kanoman, saya akhirnya bisa berkeliling secara lengkap di Keraton dan mendengarkan cerita beliau.

Kami masuk dan memulai perjalanan berkeliling dari bangunan Lemah Dhuwur yang memiliki pintu disebut Lawang Kiblat.

Area Lemah Duwur, yang berada di sebelah selatan dan berisi bangunan Mande Manguntur alias tempat Sultan yang diapit oleh Pancaratna dan Pancaniti serta dua buah Cungkup tempat menyimpan alu dan lesung yang berada di sebelah timur Pancaniti.

Disebut sebagai lemah duwur yang berarti tanah tinggi dikarenakan tanah pada area ini memang lebih tinggi dari halaman sekitarnya. Area Lemah duwur ini dipagar setinggi 1,30 meter dengan bahan bata yang dilabur putih dan dihias dengan piringan keramik atau bahasa Cirebonnya Jun) pada bagian gapuranya


Lemah Dhuwur, Berbagai ornament Piring Antik menghiasi Dinding Keraton Kanaoman

Bangunan Keraton menghadap ke Utara dan saat masuk lewat alun alun, disambut bangunan berwarna putih dengan dinding yang penuh dengan ornamen keramik yang sangat indah. 

Lemah Dhuwur, Keramik yang menghiasai Gerbang di Area Lemah Duwur


Bangunan Mande Manguntur, bangunan ini menghadap ke alun alun Kanoman di sebelah utara, berukuran panjang 6,5 m, lebar  6,5 dm dan tinggi 5 meter, berbahan bata yang dilabur putih, berlantai keramik dan bertingkat dua. Mande Manguntur merupakan bangunan terbuka tanpa dinding, tiang-tiang luarnya melengkung ke atas menyerupai gerbang, di dalamnya terdapat tempat duduk sultan Anom berukuran panjang dan lebar 1,50  meter, atapnya berbentuk kerucut. Bangunan Mande Manguntur dihias dengan piringan keramik atau jun yang ditempelkan pada tiang-tiang bangunannya.

Panggung, bangunan ini menghadap ke Mande Manguntur berukuran 6 x 10 x 5 meter, berlantai keramik dan merupakan bangunan terbuka tanpa dinding. Pada bangunan panggung hanya terdapat tiang-tiang yang menopang atap yang berbentuk limasan. Bangunan Panggung berfungsi sebagai tempat pertunjukan yang dipersembahkan untuk sultan.

Berbagai keramik yang ditempel di dinding di sekitar keraton Kanoman yang disebut juga Jun.





Berbagai hiasan keramik yang sangat menawan dan saya perhatikan sudah ada beberapa yang hilang karena tangan tangan jahil yang mencongkelnya.  Semoga tangan tangan jahil tersebut sadar dan mengembalikan artefak sejarah yang sangat berharga tersebut.

Selanjutnya ada Pintu dengan gapura yang ada di Lemah Duwur, namanya Lawang Kiblat.

Lawang Kiblat Keraton Kanoman

Disamping juga ada Pintu Besar yang berdiri mandiri dan tidak terhubung dengan bangunan, memang terlihat aneh. Lawang Seblawong yang juga dihiasi piring piring keramik dengan aneka corak yang seperti bercerita dari gambar.

Lawang Seblawong Keraton Kanoman

Lawang Seblawong merupakan gerbang besar yang terbuat dari batu bata yang dilabur putih, berbentuk kori agung atau paduraksa dengan tinggi 9 meter, lebar 4,8 meter dan tebal 2 meter, pada bagian tengahnya terdapat sebuah pintu yang terbuat dari kayu jati. 

Lawang Seblawong dihiasi oleh piring-piring keramik atau dalam bahasa Cirebon disebut jun yang ditempelkan pada permukaan dindingnya. Lawang Seblawong hanya dibuka pada waktu perayaan maulid nabi Muhammad saw.

Selanjutnya masuk Bale Paseban dan Pintu Kejaksan yang juga sebagai pintu untuk upacara Panjang Jimat.

Bale Paseban di Keraton Kanoman

Bale Paseban merupakan bangunan yang tepat berada di sebelah selatan Mande Manguntur dan Panggung, berukuran panjang 12 m, lebar 12 m dan tinggi  4 meter.

Perhatikan bangunan dengan bentuk persegi, berbahan kayu, berlantai tegel ubin dan merupakan bangunan terbuka tanpa dinding. 

Pada Bale Paseban hanya terdapat tiang-tiang yang menopang atap berbentuk limasan. Bale Paseban berfungsi sebagai tempat tunggu untuk menghadap Sultan.

Bagian pinggir banguna diberi pagar kayu yang mengelilingi bangunan.

Bale paseban merupakan tempat rakyat yang akan menghadap Sultan Keraton Kanoman Cirebon.


Pintu Kejaksan Di Keraton Kanoman

Pintu Kejaksan merupakan Pintu untuk acara Panjang Jimat. Apa itu Panjang Jimat?

Panjang Jimat Tradisi Maulid Nabi di Cirebon.Sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau maulid Nabi kerap di istimewakan. Tujuannya, tidak lain untuk mengenang dan selalu meneladani nabi Muhammad SAW.

Upacara panjang jimat merupakan puncak acara peringatan maulid Nabi di tiga keraton. Di keraton Kanoman, upacara digelar sekira pukul 21.00 WIB yang ditandai dengan sembilan kali bunyi lonceng Gajah Mungkur yang berada di gerbang depan keraton. Suara lonceng tersebut merupakan tanda dibukanya upacara panjang jimat.

Kata Jimat, merupakan akronim dari kata Diaji dan Dirumat yang berarti dipelajari dan diamalkan yakni ajaran-ajaran Islam dengan maneladani Nabi Muhammad SAW.

Halaman Tajug Kanoman, tampak bangunan Mushola Kanoman atau Tajug Kanoman dan Gajah Mungkur yang merupakan tempat menyimpan lonceng besar yang dibawa dari Inggris.

Tajug Kanoman atau Langgar Kanoman

Tajug Kanoman atau langgar merupakan bangunan tempat shalat yang ada di komplek keraton Kanoman selain masjid Agung Kanoman. Tajug Kanoman atau biasa disebut juga Langgar Kanoman merupakan bangunan sederhana yang berukuran panjang 6 m, lebar 8 m dan tinggi 3,5 meter, berlantai tegel ubin, berdinding bata yang dilabur putih dan beratap genteng berbentuk limasan dan dilengkapi dengan sumur tempat mengambl dan mengisi gentong untuk berwudlu.  Saya menyemptkan diri untuk berwudlu dan memasuki Tajug Kanoman ini.

Tajug kanoman di Keraton Kanoman

Saya juga mengabadaikan bagian dalam dari Tajug Kanoman yang berdiri di atas 4 tiang yang kokoh.

Bagian dalam Tajug Kanoman

Berikutnya bangunana Gajah Mungkur, bangunan Gedong Gajah Mungkur merupakan bangunan yang menghadap ke timur yang berfungsi sebagai tempat menyimpan lonceng besar dengan ukuran Panjang 3 m, lebar  2 m dan tinggi 2,5 meter, berlantai semen, berdinding bata yang dilabur putih dan beratap genteng.

Bangunan Gajah Mungkur dengan Lonceng yang terpasang dan dibunyikan saat upacara Panjang Jimat

Secara lebih detail, berikut dokumentasi lonceng di bangunan Gajah Mungkur.

Gajah Mungkur dan Lonceng

Halaman Jinem Kanoman terdiri dari Sanggar Kemuning, Gedong Pusaka, Paseban Singabrata, Jinem dan Bale Semirang.

Gedong Pusaka Keraton Kanoman

Gedong Pusaka merupakan bangunan yang menghadap ke arah barat, berbentuk persegi panjang dan berfungsi sebagai tempat menyimpan pusaka kesultanan Kanoman diantaranya adalah kereta Paksinagaliman dan kereta Jempana.

Bangunan Gedong Pusaka di Keraton Kanoman

Kami tidak diperbolehkan masuk dan hanya menyaksikan bangunan yang berisi pusaka pusaka keraton ini dari luar saja.

Halaman Keraton Kanoman terdapat bangunan Kaputren dan Pulantara.

Halaman Depan Kraton Kanoman

Saya berkesempatan masuk ke dalam Keraton yang megah melalui Jinem dan masuk ke dalam Ruang Tamu Keraton. Sangat bersih, asri dan tenang kesan saya saat memasuki ruang Keraton.

Bangsal Jinem tempat untuk menerima tamu

Selanjutnya kami memasuki Bangsal Jinem. Bangunan Jinem merupakan bagian dari istana sultan yang menjorok keluar, menghadap utara dan berukuran panjang 12 m dan lebar 8 meter serta berlantai keramik. Jinem ini berfungsi sebagai tempat para pembesar menghadap Sultan.

Bertamu ke Keraton Kanoman

Kami pun menjadi tamu sesaat di Jinem Keraton Kanoman yang bersih dan terawat ini dan memang ada beberaoa keluarga keraton yang masih tinggal di Keraton.

Kami pun berkesempatan masuk ke dalam Keraton dan menyaksikan betapa nilai nilai magis masih menyelimuti Keraton Kanoman.

Ada relief berwarna merah dengan ornamen keemasan yang bentuknya mirip Naga yang sedang waspa dan menjaga ruangan tersebut yang dinaungi payung berbentuk persegi empat.

Di samping kanan dan kiri terdapat ornamen dari batu grenjeng atau batu batu mirip batu karang dengan warna dasar putih dan diberi corak warna merah.

Ada satu penjaga yang memegang payung untuk melindungi para tamu tamu di Keraton Kanoman. Ada satu payung yang belum terbuka dan masih dijaga.


Bagian dalam Keraton Kanoman Cirebon

Kami berkesempaan untuk berfoto di ruang tamu keraton dengan latar belakang yang dijaga oleh 4 punggawa yang berdiri tegap.

Berfoto di Ruang Keraton Kanoman

Selanjutnya kami memasuki halaman  belakang yang cukup luas dan terdapat paseban dengan Sumur pengasihan, Sumur Kejayaan, Sumur Bandung, Sumur Penganten dan ada sumur yang tidak bisa dikunjungi.

Area halaman belakang Keraton Kanoman

Cerita mengenai sumur sumur yang ada di Keraton Kanoman, yang menurut cerita ada 7 sumur ini akan saya uraikan di episode berikutnya.

Di halaman belakang kami menuju Bangsal WItana yang dikelilingi oleh batu karang  dan ada kolam witana dan sumur witana yang airnya berasa tawar. 

Ada tangga yang berbentuk batu karang dan menurut guide kami, tangga ini dulunya dipakai raja untuk melihat laut dan aktifitas rakyat Cirrebon.

Saya menaiki tangga untuk melihat sekitar Keraton Kanoman

Saya pun mencoba menaiki tangga ini, dan untuk saat ini hanya bisa melihat halaman belakang keraton yang sudah tertutup tembok.

Bangsal Witana sebagai titik nol nya Cirebon

Ada lagi bangunan yang menarik perhatian saya, karena saya melihat ada kerumunan orang meskipun kalau di alam nyata, sama sekali tidak terlihat.

Penerawangan saya benar adanya,

Ternyata ini adalah Bangal Witana, yang menurut cerita merupakan titik 0 nya Cirebon, 

Menurut cerita, sejak awal berdiri, Kasultanan Cirebon sebenarnya Keraton Kanoman lebih berfungsi sebagai keraton spiritual. Hal itu dipertegas dengan kehadiran Sunan Gunung Jati sebagai sultan. Begitu juga sebelumnya di masa perintisan keraton oleh Pangeran Walangsungsang alias Pangeran Cakrabuwana, seorang putra dari Kerajaan Pajajaran. 

Walangsungsang bahkan memeluk Islam dan membangun tempat tetirah bernama Witana yang terletak di bagian belakang Keraton Kanoman. dan Witana sampai kini dipercaya sebagai titik nol karena menjadi asal mula Kasultanan Cirebon

Setiap 1 Muharam, Keraton Kanoman Cirebon menggelar ritual pembacaan Babad Cirebon. Ritual itu dilaksanakan di Bangsal Witana yang berada persis di belakang bangunan utama Keraton Kanoman.

Sumur Witana yang ada di Halaman Bangsal WItana, meskipun di tepi laut tetapi berair tawar

Maha besar Allah dengan segala ciptaannya.

Selanjutnya saya berkeliling menuju sumur sumur yang ada di Keraton Kanoman.

Perjalanan mengelilingi Keraton Kanoman  ke Sumur Keramat atau Sumur Langgar yang adem dan menyejukkan yang ada di Tajug Kanoman atau Langgar Kanoman. Saya sempat berwudlu dan mencuci muka di Sumur yang menyejukkan ini.

.
Sumur Keramat di Tajug Kanoman, Keraton Kanoman

Ada Tanaman di halaman Langgar Keraton Kanoman yang dipercaya bisa mendatangkan keturunan


Pohon di Depan Tajug Kanoman yang dipercaya bisa mendatangkan Keturunan

Demikian pengalalaman saya saat berkunjung ke Keraton Kanoman Cirebon berserta hal hal unik yang saya lihat.

Langgar Kanoman, Keraton Kanoman
Ada beberapa cerita terkait Keraton Kanoman yang detail dari masing masing bangunan akan saya ceritakan di episode berikutnya..


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengalaman Berkunjung ke Keraton Kanoman Cirebon"

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.

Popular Posts