Belajar 2 : Dari Tidak Tahu Sama Sekali Tentang Photography dan tetap belum ngerti, Komponen Dasar Kamera DSLR

Seri Photography 

Dari Tidak Tahu Sama Sekali 
Komponen Dasar Kamera DSLR
Tentang Photography dan Tetap Belum Ngerti

 ....Jangan pernah berhenti untuk mencoba memotret, potretlah apa yang kamu mau, dan lihat apakah hasilnya sesuai dengan harapanmu....   " - Eko Budi Utomo
Belajar 2
Bersama The Six Boys saya belajar banyak hal tentang Fotografi. Sampai untuk belajar, kita buat tema tema khusus sesuai pelajaran. Awal tahun 2020, sedikit demi sedikit pelajaran Fotografi pelan pelan ada yang nyangkut ke Memory.

 
Banyak yang menyarankan, 
....udah jangan diambil pusing, langsung jepret dan belajar dari kamera langsung...
atau
....Kelamaan baca manual book, belajar saja langsung dengan memegang kamera, dijamin cepat
atau
....Baca dulu manual book nya, biar mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kamera... 

Akhirnya saya pun akhirnya membuat rangkuman tentang fotografi he..he..he...

Jika ada dari teman teman membaca artikel ini, untuk yang sudah ahli dan senior,  mohon jangan ditertawakan yuniormu ya, dan kalau bisa memberi masukan atau saran supaya proses belajar saya semakin lengkap.

Ok, setelah Belajar 1, berikutnya masuk ke Belajar 2.

Pelajaran ke 3 : Komponen Dasar Kamera DSLR

Komponen dasar yang terdapat pada kamera DSLR (sebagian terdapat juga pada kamera Rangefinder), yaitu: 
  1. Lensa 
  2. Diafragma (Aperture) 
  3. Rana (Shutter) 
  4. Sensor gambar digital (Digital Image Sensor) 
  5. Memory Card 
  6. Layar LCD 
  7. Flash eksternal Jendela bidik (viewfinder)
A. Lensa
Sebuah lensa merupakan serangkaian elemen canggih yang biasanya terbuat dari kaca. Lensa dibentuk untuk membiaskan dan memfokuskan pantulan cahaya dari objek pada titik-titik tertentu. Sebelum membentuk gambar, interaksi pertama dengan pantulan cahaya yang datang dari objek adalah melalui sebuah lensa kamera.


Jenis-Jenis Lensa Secara Umum:
Meskipun ada banyak sub kategori jenis lensa, pada dasarnya jenis lensa yang umum dikenal adalah tele, wideangle, zoom, dan prima. Semua lensa ini melakukan fungsi dasar yang sama yaitu menangkap cahaya reflektif dari subjek dan memfokuskan pada sensor gambar namun cara mengirimkan cahaya yang dipantulkan objek berbeda.

Lensa Tele; Karakteristik dari lensa ini adalah mendekatkan objek tetapi mempersempit sudut pandang. Lensa ini biasanya digunakan oleh fotografer olahraga dan fotografer binatang liar untuk mengambil objek foto yang jaraknya jauh.
Contoh Nikon 200 - 500 mm f/5.6E ED AF-S VR 


Lensa Wide, Lensa Sudut Lebar (Wide Angle); Lensa ini kebalikan dari lensa tele yaitu lensa yang mempunyai focal length pendek. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya dan dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. 
Contoh Nikon AF-S 20 mm f/1.8G ED

Lensa Zoom; Lensa zoom memiliki kemampuan untuk mengubah focal length dari wide angle ke standar dan dari standar ke zoom sehingga sangat fleksibel untuk digunakan karena memiliki rentang focal length yang cukup lebar. Lensa jenis ini di kenal juga sebagai lensa sapu jagad, akan tetapi lensa ini rawan getar, maka dari itu lensa zoom yang memiliki Image Stabilization sangat dianjurkan. 
Contoh Nikon AF-S 17 - 55 mm F 2.8 G DX 

Canon EF 70-200mm f/4L 

Lensa Prime atau Fixed Lens; Lensa yang hanya memiliki satu rentang fokal sehingga tidak bisa menggunakan zoom. Untuk yang baru belajar fotografi, lensa prime lensa yang baik untuk belajar karena Anda dipaksa untuk bergerak dan mengambil sudut pandang yang lebih baik.
AF-S 50 mm f/1.4 G

Ada juga yang membedakan sesuai dengan kebutuhan.



 B. Diafragma
Diafragma (Aperture) atau Bukaan Lensa
Aperture adalah bukaan pada lensa untuk mengatur volume cahaya yang masuk menuju sensor gambar digital. Eksposure dari sebuah gambar ditentukan oleh kombinasi kecepatan rana (Shutter Speed) dan bukaan Aperture. 


Diafragma, sinapsis.agency

Bukaan Aperture yang besar akan memberikan cahaya lebih banyak melewati lensa. Aperture diukur dalam f-stop dan setiap stop melambangkan jumlah cahaya yang diterima. Aperture jika dikombinasikan dengan Focal Length akan menentukan ketajaman dari gambar yang dihasilkan (Depth of Field).

Bukaan Diafragma.  Semakin besar angka, semakin sedikit cahaya yang masuk dan focus semakin tajam


f-stop
Fotografer melakukan penyesuaian bukaan Aperture dengan mengatur f-stop. f-stop merupakan rasio dari focal length lensa terhadap diameter bukaan Aperture. 



Sebagai contoh, lensa dengan focal length 50mm dan diameter bukaan Aperture 12.5mm akan menghasilkan nilai f-stop f4 (50 ÷ 12.5 = 4). Jadi semakin besar nilai numerik f-stop, bukaan Aperture semakin kecil. Contoh jika di set f2 maka bukaan Aperture adalah besar dan jika di set f22 maka bukaan Aperture adalah kecil.

DoF
Ketajaman Gambar (Depth of Field, DoF)
DoF adalah bidang gambar yang fokus dari latar depan (foreground) dan latar belakang (background) yang ditentukan oleh kombinasi kombinasi bukaan Aperture dan Focal Length lensa. Aperture yang kecil akan menghasilkan DoF yang lebih besar. 



Misal jika Aperture di set f2 maka akan menghasilkan ruang tajam yang kecil, artinya fokus yang ditangkap kamera hanya tertuju pada objek itu sendiri sementara foreground dan background nya akan blur. Jika Aperture di set f22 maka akan menghasilkan ruang tajam yang besar, artinya fokus akan didapat pada foreground, background dan objek itu sendiri.

Kesimpulannya, ketajaman gambar (DoF) bergantung kepada:
  • Aperture, semakin kecil Aperture semakin besar DoF.
  • Focal Length, semakin panjang Focal Length semakin kecil DoF.
  • Jarak pemotretan, semakin dekat jarak pemotretan semakin kecil DoF.

C. Shutter (Rana)
Shutter adalah suatu mekanisme untuk mengontrol durasi cahaya yang masuk ke kamera menuju sensor gambar digital yang diaktifkan ketika menekan tombol untuk memotret. 

Ketika kamera dalam keadaan diam, maka shutter akan menutupi semua bagian sensor dan posisi cermin pantul (reflexing mirror) ke arah bawah sehingga mata dapat melihat objek yang akan di foto. 


Ketika tombol untuk memotret ditekan, maka posisi cermin pantul menutup keatas dan bersamaan dengan itu Shutter akan membuka dan membiarkan cahaya masuk menuju sensor.


Lamanya durasi cahaya yang masuk disebut dengan Shutter Speed, satuannya dalam rentang detik dan 1/sekian detik. 




Biasanya diset dalam interval “1 stop“, sama halnya dengan aperture, setiap penambahan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi 2 kalinya dan sebaliknya setiap pengurangan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi ½ kalinya. Range intervalnya adalah sebagai berikut:
…1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, 1/15, 1/8, 1/4, 1/2 ,1, 2, 4, 8, 15, 30….

Semakin ke kiri berarti semakin cepat kecepatan shutternya dan semakin sedikit cahaya yang bisa masuk, sebaliknya semakin ke kanan, berarti semakin lambat kecepatan shutternya dan semakin banyak cahaya yang masuk.

Slow Shutter Speed
Teknik ini menggunakan Shutter Speed yang rendah (angka yang besar), biasa digunakan untuk kondisi pencahayaan yang kurang. Shutter nya dibiarkan terbuka lebih lama agar cahaya yang masuk semakin banyak untuk menghasilkan objek yang diinginkan. Pada Slow Shutter Speed disarankan untuk menggunakan tripod untuk mencegah kamera goyang pada saat pengambilan gambar yang akan menghasilkan gambar yang blur atau berbayang.


High Shutter Speed
Pada teknik ini Shutter Speed berkecepatan tinggi (angka yang kecil), teknik ini berguna untuk menagkap suatu momen dengan cepat, biasanya digunakan untuk fotografi olahraga, satwa, dll.

D. Sensor Gambar Digital (Digital Image Sensor)
Ketika cahaya yang dipantulkan dari objek melewati lensa dan Aperture, gambar dari objek tersebut akan ditangkap oleh sensor gambar digital. Sensor tersebut merupakan suatu chip di dalam kamera yang terdiri dari jutaan elemen individu yang mempunyai kemampuan untuk menangkap cahaya.

Tipe Umum Sensor Gambar Digital
1. CCD (Charge-Couple Device)
Sensor CCD awalnya dikembangkan untuk kamera video. Sensor CCD merekam gambar pixel demi pixel dan baris demi baris. Informasi tegangan dari setiap elemen dalam baris diteruskan sebelum turun ke baris berikutnya, hanya satu baris yang aktif pada suatu waktu. CCD tidak mengubah informasi tegangan menjadi data digital dengan sendirinya, perlu tambahan sirkuit di kamera untuk mendigitalkan informasi tegangan sebelum mentransfer data ke perangkat penyimpanan.


Prinsip kerja CCD:Dalam digital imaging, ketika gelombang cahaya yang masuk kamera difokuskan pada sensor yang mengubah cahaya menjadi muatan listrik, gambar terbentuk. 

Bagaimana proses ini memisahkan warna? Cahaya yang memasuki kamera adalah cahaya putih normal yang mengandung semua panjang gelombang, dalam mekanisme nya panjang gelombang ini akan dipisahkan oleh filter berdasarkan RGB dasar (merah-hijau-biru). Informasi ini dibaca baris demi baris dan piksel demi piksel, oleh karena itu, waktu proses yang diperlukan adalah sedikit lebih lama, tapi sangat akurat.

2. CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor)
Sensor CMOS mampu merekam seluruh gambar yang disediakan oleh elemen sensitif cahaya secara paralel (dasarnya semua sekaligus), mengakibatkan tingkat transfer data yang lebih tinggi ke perangkat penyimpanan. Sirkuit tambahan ditambahkan untuk setiap elemen individu untuk mengkonversi informasi tegangan ke data digital. Sebuah mikrolensa kecil berwarna dipasang pada setiap elemen untuk meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan warna cahaya.

Prinsip kerja CMOS: Sebuah sensor CMOS, tidak mengubah gelombang cahaya menjadi muatan listrik pada sebuah chip yang berbeda, tetapi mengubah foton menjadi elektron dengan mengolah data pada saat itu juga (dan bukan pada chip lain). Dengan menggunakan amplifier, sensor ini lebih cepat dari CCD. Namun, fakta bahwa tidak semua converter dan amplifier bekerja di efisiensi yang berbeda, dapat menyebabkan noise.
Sementara CMOS kebanyakan menggunakan sistem RGB filtrasi yang sama, ada juga teknologi revolusioner baru yang disebut Foveon (Sigma mulai menggunakannya, tetapi di produsen lebih masa depan akan memperkenalkan model berbasis pada teknologi ini), yang menggunakan sifat-sifat silikon itu sendiri untuk menyaring warna spektrum cahaya.

Perbedaan Sensor CCD dan CMOS 
Sensor CCD: Sensor CCD lebih banyak digunakan di kamera yang fokus pada gambar yang high-quality dengan pixel yang besar dan sensitivitas cahaya yang baik.

Plus :
Telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama sehingga teknologinya lebih matang. 
Kualitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pixelnya
Low noise Desain sensor nya sederhana (lebih murah) 
Sensitivitas cahaya yang baik (termasuk dynamic range)
Tiap piksel punya kinerja yang sama (uniform)

Minus :
Desain sistem keseluruhan (CCD plus ADC) lebih rumit
Boros daya, lebih kurang 100 kali lebih besar dibandingkan sensor CMOS
Kecepatan proses keseluruhan lebih lambat dibanding CMOS
Sensitif terhadap smearing atau blooming (kebocoran pixel) saat menangkap cahaya terang

Sensor CMOS: Sensor CMOS lebih ke kualitas dibawahnya, resolusi dan sensitivitas cahaya yang lebih rendah. Akan tetapi pada saat ini sensor CMOS telah berkembang hampir menyamai kemampuan sensor CCD.

Plus :
Praktis, keping sensor sudah termasuk rangkaian ADC (camera on a chip)
Hemat daya berkat integrasi sistem
Kecepatan proses responsif (berkat parralel readout structure)
Tiap piksel punya transistor sendiri sehingga terhindar dari masalah smearing atau blooming
CMOS dapat dipabrikasi dengan cara produksi mikroprosesor yang umum sehingga lebih murah dibandingkan sensor CCD

Minus :
Lebih besar kemungkinan untuk noise
Sensitivitas terhadap cahaya lebih rendah karena setiap piksel terdapat beberapa transistor yang saling berdekatan.
Pixel yang mampu mengeluarkan tegangan sendiri kurang baik dalam hal keseragaman kinerja (uniformity).

E. Memory Card
Setelah sensor gambar digital merekam suatu objek, kamera akan melakukan serangkaian proses untuk mengoptimalkan gambar yang didasarkan pada pengaturan kamera yang dilakukan oleh fotografer sebelum mengambil gambar, seperti pengaturan ISO, Aperture, Shutter, dll. Setelah pemrosesan gambar, kamera digital akan menyimpan informasi nya dalam bentuk file, jenis file digital dibuat bervariasi tergantung pada produsen kamera. 




Setelah file siap untuk penyimpanan, kamera akan mentransfer file dari prosesor ke memory card. Ada beberapa jenis memory card yang digunakan, tetapi proses penerimaan informasi gambar di masing-masing memory card tetap sama.

F. Flash Eksternal
Dalam situasi tertentu agar foto lebih tajam dan lebih jelas terutama pada saat situasi kurang cahaya dibutuhkan cahaya tambahan yang berasal dari flash eksternal. 



Kebanyakan kamera DSLR memiliki flash bawaan yang built-in dengan posisi yang tetap dan cahayanya mengarah pada satu arah saja. Flash built-in ini memiliki kekurangan dalam pengontrolan eksposur flash sehingga kamera dengan flash built-in ini tidak bisa dikembangkan untuk keperluan fotografi profesional.



Penggunaan flash eksternal akan memberikan sentuhan yang profesional dalam pengontrolan eksposur flash. Hal ini memungkinkan untuk pengoptimalan dalam pengaturan flash (intensitas flash yang rendah akan menerangi objek foto terhadap background yang terang sehingga objek foto tidak muncul dalam siluet) dan pencegahan overexposure pada objek dalam jarak dekat.






Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "Belajar 2 : Dari Tidak Tahu Sama Sekali Tentang Photography dan tetap belum ngerti, Komponen Dasar Kamera DSLR"

  1. Aku sekarang lagi ngelirik lensa tele untuk sony, biasanya lensa sapujagat yang paling ramai digunakan. hehehhehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah hobby fotografi juga ya Om. Lensa yang 18 - 200 mm atau ada pilihan lain lagi Om. Saya masih pengin tele yang lebih baik untuk mengabadikan satwa di alam. Terima kasih Om, salam sehat.

      Delete
  2. lumayan bagus hasil jepretannya...

    thank you for sharing

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.

Popular Posts