Belajar 1 : Pengalaman Belajar Fotografi dari Tidak Tahu Sama Sekali Tentang Photography dan tetap belum ngerti

Seri Photography 
Pengalaman Belajar Fotografi dari Tidak Tahu Sama Sekali 
Tentang Photography dan Tetap Belum Ngerti

"Jangan pernah berhenti untuk belajar, 
belajar ilmu apapun itu " - Eko Budi Utomo
Belajar 1
Saat memulai belajar fotografi sekitar akhir tahun 2019, saya dibantu oleh teman teman dari The Six Boys yang dengan sabar mengajari saya tentang berbagai macam kamera, bagaimana mengoperasikannya, apa saya yang harus diperhatikan dan berbagai macam tema photo.

Berikut rangkuman saya selama mempejari Fotografi yang saya kumpulkan dari berbagai literatur dan dibantu oleh Om Ojo.

Berawal dari memiliki berbagai kamera pocket mulai dari Power Shot, Ixus dan kamera digital Kodak yang pertama keluar, akhirnya meningkat ke DSLR Nikon D 5200 yang khusus saya belikan untuk anak saya yang hobby fotografi.

Supaya tidak ketinggalan, saya pun mencoba belajar biar nggak bodo bodo amat.

Pelajaran Pertama : Sejarah Fotografi

Sejarah Fotografi yang saya ambil dari Wikipedia Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

Kamera untuk pemula 
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (Shutter Speed). Kombinasi antara ISO, Aperture & Shutter Speed disebut sebagai Eksposure.

Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

Kronologi perkembangan fotografi

1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.

1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam. 

1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.

1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.

1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.

1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.

1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card).

1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.

1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.

1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.

1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.

1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.

1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.

1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.

1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.

1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).

1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.

1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.

1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.

1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.

1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.

1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.

1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.

1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.

1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.

1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.

1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.

1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.

1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.

1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.

1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.

1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.

1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.

1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.

1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.

1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.

1947 – Dennis Gabor menemukan holography.

1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.

1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.

1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.

1952 – Era 3-D film dimulai.

1954 – Leica M diperkenalkan.

1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.

1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). 

1959 – Nikon F diperkenalkan.

1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.

1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.

1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.

1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.

1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.

1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.

2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.

2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.

2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.

2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.

Panjang juga ya sejarah kamera.  Memang betul betul barang yang bisa sulap.  Menyulap dan merekam apa yang kita lihat, menjadi suatu gambar yang bisa dicetak.

Sampai sekarang, cara kerja foto kopi aja saya masih bingung.

Ok. setelah mengetahui sejarah Kamera, berikutnya saya pun maskin penasaran.  Meningkat ke tahap berikutnya, Bagaimana cara kamera digital menangkap gamar di luar dan bisa direkam. 


Pelajaran kedua : Cara Kamera Digital Menangkap Objek

Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk "ruang gelap", mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film atau sensor gambar digital.Ada beberapa alasan mengapa orang-orang mengambil foto suatu objek diantaranya untuk keperluan jurnalistik, untuk keperluan ilmiah, periklanan, sekedar hobi, keperluan artistik, dll. Apapun alasan Anda untuk mengambil foto suatu objek, pemahaman tentang cara kamera bekerja dapat meningkatkan skill dan kualitas foto yang Anda ambil. 

Saya tidak membahas lagi Kamera manual, langsung saja kita membahas Kamera Digital ya teman teman...

Tipe Kamera Digital

Dalam bentuk yang paling dasar, sebuah kamera digital adalah sebuah perangkat fotografi yang terdiri dari kotak kedap cahaya dengan lensa di salah satu ujung dan sebuah sensor gambar digital. Kemajuan dalam fotografi digital yang cepat saat ini menyediakan fitur-fitur yang lebih canggih dan dapat menjadi pilihan sebagai tantangan untuk menguasai dunia fotografi digital. Berdasarkan cara menangkap objek foto kamera digital dibagi menjadi digital single-lens reflex (DSLR) dan kamera digital rangefinder.

Kamera Digital Single-Lense Reflex (DSLR)

Pada kamera jenis ini terdapat cermin datar (reflexing mirror) dibelakang lensa yang berfungsi untuk memantulkan cahaya yang masuk melalui lensa menuju viewfinder (jendela bidik). Saat cahaya melewati lensa kamera, cahaya tersebut jatuh ke cermin datar kemudian dipantulkan ke prisma dan diteruskan ke jendela bidik sehingga gambar yang terlihat di jendela bidik sesuai dengan gambar yang sebenarnya. Ketika gambar diambil, cermin datar nya bergerak naik sehingga rana (Shutter) terbuka dan sensor gambar digital akan ter-ekspos untuk menangkap gambar yang terlihat di viewfinder. 



Kamera Digital Rangefinder
Ada 2 jenis kamera Digital Rangefinder: Kamera Coincident Rangefinder dan Kamera Point-and-Shot.

Kamera Coincident Rangefinder
Tidak seperti kamera DSLR, kamera jenis ini tidak memungkinkan fotografer untuk melihat objek melalui lensa tetapi menggunakan cermin atau prisma untuk menyatukan gambar yang dilihat melalui viewfinder dan pembidik yang kedua untuk menfokuskan objek. Fotografer akan melihat dua gambar yang bertumpuk satu sama lain di viewfinder dan gambar tidak akan fokus hingga ke dua gambar tersebut menyatu. Keuntungan menggunakan kamera Coincident Rangefinder ini dibandingkan dengan kamera DSLR adalah berkurangnya kamera goyang pada saat mengambil gambar akibat getaran pada cermin pemantul (reflexing mirror). Kamera goyang atau getaran cermin pemantul ditemui pada kamera DSLR sedangkan pada kamera Coincident Rangefinder tidak ditemukan.

Kamera Coincident Rangefinder

Contoh Kamera Coincident Rangefinder (Leica M7)

Kamera Point-and-Shoot
Pada dasarnya kamera Point-and-Shoot mengambil objek gambar tanpa melakukan pengaturan secara manual pada kamera seperti Aperture, Shutter Speed, Focus dan pengaturan lainnya yang dilakukan oleh rutin dilakukan fotografer profesional dengan kamera yang canggih. Kamera Point-and-Shoot secara umum ringan dan kecil, mempunyai flash otomatis yang built-in, tidak ada pengaturan fokus secara manual dan menyertakan layar LCD yang memungkinkan untuk melihat object secara langsung melalui lensa dan image sensor. Dalam bahasa umum kamera jenis ini sering disebut "kamera saku/ kamera poket".



Ok, ini dulu materi saat pertama kali saya belajar fotografi.




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Belajar 1 : Pengalaman Belajar Fotografi dari Tidak Tahu Sama Sekali Tentang Photography dan tetap belum ngerti"

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.

Popular Posts