Choeung Ek Genocidal Center, The Killing Field, Cerita Pilu Ladang Pembantaian Manusia yang mengerikan

Seri Traveling

Choeung Ek Genocidal Center
The Killing Field, 
Cerita Pilu Ladang Pembantaian Manusia yang mengerikan

Anda pernah menonton Film The Killing Fields, ternyata film tersebut adalah penggambaran secara dramatis dari peristiwa seperti yang terjadi di Choeung Ek Genocidal Center.

The film The Killing Fields is a dramatised portrayal of events like those that took place at Choeung Ek

Setelah dari The Tuol Sleng Genocide Museum, Sejarah Kelam dan Memilukan Bangsa Kamboja, saya pun melanjutkan traveling tour de Museum ini ke The Killing Fields, Choeung Ek.

Dengan diantar Mas Abang Tuk Tuk yang sangat baik dan bahasa Inggrisnya pun lumayan bagus sehingga saya tidak terlalu kesulitan untuk menangkap informasi yang disampaikan selama perjalanan. Abang Tuk Tuk yang jarang jarang dengan kualifikasi seperti ini di Kamboja.

Menurut cerita dan info dari Abang Tuk Tuk, kami akan mengarah ke bagian selatan Kamboja, tepatnya di Dangkao, sekitar 17 kilometer selatan pusat kota Phnom Penh.   

Choeung Ek dulunya adalah bekas kebun buah dan selanjutnya menjadi kuburan massal para korban Khmer Merah – terbunuh antara tahun 1975 dan 1979. 

Sambil berjalan meliuk liuk diantara jalanan dan menyalip mobil lian, dia bercerita bahwa Saya sudah benar memilih dia dan akan diajak berkeliling ke area wisata di Kamboja. Salah satunya adalah Choeung Ek yang merupakan situs paling terkenal yang dikenal sebagai The Killing Fields, di mana rezim Khmer Merah mengeksekusi lebih dari satu juta orang antara tahun 1975 dan 1979. 

Suatu hal yang luar biasa, saya bisa menyaksikan history pembantaian manusia yang ada Kamboja - Cambodia, meski hanya lewat petilasan ataupun museumnya.

Saya membeli tiket di dekat pintu gerbang, dengan harga per orang untuk orang asing - Foreign US$ 3 per person 


Saya juga menyewa Audio tour, karena saya tidak ada guide.  Bersyukur saya menyewa alat Audio Tour guide ini, karena tour perjalanan dan penjealasannya sangat jelas dan lengkap. Harga sewa audio tour selama kunjungan US$ 3, jadi total untuk masuk ke area Choeung Ek Genocidal Center adalah US$ 6.  Kalau dengan kurs saat ini Rp. 14.500,- berarti sekitar Rp. 87.000,- untuk foreigner seperti saya.
Bentulnya mirip Walkman yang bisa dipasang di gesper atau sabuk dan dilengkapi earphone yang suaranya jernih. Ada pilihan bahasa, dan saya memilih bahasa melayu yang mirip bahasa Indonesia.

Penggunaan alat ini, silahkan ada mencari titik dengan ditandai papan berwarna biru yang berlogo ear phone. Di Titik tersebut, akan diceritakan kejadian dan peristiwa tepat dimana anda berdiri. 

Related Artikel :

Anda bisa menyimak dengan tenang dan membayangkan sesuai apa yang diceritakan oleh Audio Guide.  Sangat membantu untuk wisatawan yang  bepergian tanpa teman. Alat Audio Tour ini sangat informatif dan bisa diulang jika anda kurang jelas.

Menjelajah Choeung Ek

Saatnya berkeliling dengan mengikuti  jalur arahan Audio Tour dan berbahasa Melayu Indonesia.

Siap menjelajah Choeung Ek dengan Audio Tour

Monumen Stupa

Memorial Stupa di Choeung Ek Genocidal

Di belakang saya, Tugu peringatan Choeung Ek adalah peringatan, berupa bentuk stupa Buddha. Stupa ini memiliki sisi kaca akrilik dan diisi dengan lebih dari 5.000 tengkorak manusia. 

Monumen ini seperti membisu karena menyimpan ribuan tulang belulang manusia yang berasa ingin bercerita, bekas baju baju tahanan yang melekat saat para tahanan disiksa, serta berbagai peralatan yang menjadi saksi atas kebiadapan pasukan Pol Pot.

Memorial Stupa di Choeung Ek Genocidal

Kuburan massal berisi 8.895 mayat ditemukan di Choeung Ek setelah jatuhnya rezim Khmer Merah. Banyak dari mereka yang tewas adalah mantan tahanan politik yang ditahan oleh Khmer Merah di pusat penahanan Tuol Sleng mereka dan di pusat penahanan Kamboja lainnya.

Memorial Stupa di Choeung Ek Genocidal
Bangunan monumen yang dikenal dengan sebutan “Memorial Stupa”. Dalam ajaran Buddha, stupa adalah merupakan tempat suci untuk menempatkan sisa-sisa jasad manusia yang harus dihormati. 

Di salah satu tiangnya tertulis :

Would you please kindly show your respect to many million people who were killed under the Genocidal Pol.Pot Regime. 

Beberapa tingkat yang lebih rendah dibuka pada siang hari sehingga tengkorak dapat dilihat secara langsung. Banyak yang hancur atau hancur. Pada saat saya berkunjung saya tidak bisa melihat secara langsung tengkorak manusia ini.

Memorial Stupa di Choeung Ek Genocidal
Pembangunan stupa ini juga dimaksudkan sebagai pengingat bagi mereka yang mati dibunuh di tempat ini. Begitu disucikannya tempat ini, untuk masuk dan melongok ke bagian dalam bangunan kita diharuskan melepas alas kaki dan tidak boleh berisik.

Tengkorak Korban kekejaman Pasukan PolPot yang dipajang di Lemari kayu Monumen Stupa

Bangunan Memorial Stupa ini memiliki tinggi 65 meter dan terdiri dari 17 tingkat. Setiap tingkat menyimpan jenis tulang yang berbeda. 

  1. Pakaian para korban yang ditemukan dari kuburan massal ditempatkan pada tingkat pertama. Pakaian berbagai ukuran dan warna, untuk pria, wanita, anak-anak dan bahkan untuk bayi terkumpul di tingkat satu ini. 
  2. Pada tingkat kedua sampai dengan ke sembilan ditempatkan tengkorak para korban. 
  3. Sementara pada tingkat ke sepuluh sampai dengan ke tujuh belas ditempatkan berbagai jenis tulang seperti tulang selangkangan, humerus, tulang rusuk, tulang pinggul, tailbones, thighbones, shinbones, tulang punggung, dan tulang rahang. 

Pendirian monumen ini sekali lagi tidak terlepas dari sejarah kelam sebelumnya.  Kamboja terbebas dari pemerintahan rejim Khmer Merah pada 7 Januari 1979. 

Berikut dokumentasi yang ada di dalam bangunan Stupa.


Koleksi Baju Seragam Pasukan Khmer -Khmer Rouge Uniform dan Bukti Pembunuhan dengan Stick Bambu.  memang kejam 

Evidence of Killing by Hoc, Bukti kepala dipukul dengan cangkul

Tongkat bambu untuk menyiksa tahanan

Tidak beberapa lama setelah itu, ladang pembantaian “killing field” di Cheoung Ek ditemukan. 

Tidak kurang 129 kuburan massal ditemukan dan 86 kuburan massal digali. Dari penggalian tersebut sekitar 8.985 mayat tanpa diketahui lagi identitasnya berhasil diangkat. 

Sebagai orang dengan mayoritas menganut ajaran Buddha, penduduk Kamboja percaya bahwa untuk menunjukkan rasa hormat maka sisa jasad orang yang mati harus disimpan di tempat yang baik. 

Kumpulan tengkorak manusia korban kekejaman Pasukan Regime Polpot

Kemudian, sebuah tugu (stupa) dari kayu dibangun untuk menempatkan tulang belulang dan tengkorak yang ditemukan tersebut. 

Dalam beberapa tahun kemudian, pemerintah memerintahkan menteri dan pejabat kota untuk membangun sebuah stupa peringatan di Cheoung Ek lokasi pembantaian tersebut yang berskala nasional untuk peringatan dan pembelajaran bagi umat manusia dan menunjukkan rasa hormat terhadap para korban. 

Pada awal tahun 1988, pembangunan stupa dari beton dimulai. Kemudian, pada tahun 1989, tulang belulang dan tengkorak tersebut direlokasi ke stupa peringatan baru. Supaya bisa disaksikan dan terjaga maka dibagian depan diberi kaca pembatas. 

TengkorakManusia dengan berbagai luka siksaan yang jumlahnya ribuan, akibat kekejaman regime Polpot

Bukti pembunuhan dengan Kampak, Baju Korban, Bukti dibunuh dengan peralatan berbahan besi


Evidence of killing by iron tool, Evidence of killimg by hook knife. Kekejaman Pasukan PolPot

Berada di ruangan Memorial Stupa ini setiap pengunjung akan menampilkan keterikatan emosional berbeda. Beberapa potongan kertas berisikan tulisan atau doa para pengunjung sebelumnya dari beberapa negara terselip di sela-sela kaca. 

Peringatan untuk tidak berisik dan untuk tidak merokok ada di Monumen Stupa. Seperti terhiptosis, kami pun yang berada di ruangan tersebut seolah sepakat untuk tidak bersuara atau membahas apa yang tersaji dihadapan kami. Kami hanya melakukan aktivitas pengambilan foto dan kembali terdiam memandangi bukti nyata hasil dari tragedi pembunuhan yang sangat kejam.



Memang kalau melihat bukti bukti yang terpampang di etalase. memang godaan ambisi kekuasaan bisa membuat orang berbuat apapun, kejam dan tidak berperikemanusiaan.



The Dark and Gloomy Detention
Here, was the place where victims trasportation from Tuol Sleng and other places in the country were detained.  Usually when the truck arrived, the victims were executed immediately.  However, as the number of victims to be executed was increased up to over 300 per day, executioners failed in attemp to kill them within a day. That is why they were detained for execution the next day. The detection was constructed from wood with galvanized steel roof. Its wall was built with two layers of flat wood were to darken and also prevent prisoners seeing each other, unfortunately the dark and gloomy detention was dismantled in 1979. 


Berikut terjemahan dari tulisan di atas,

Penjara Gelap dan Suram
Di sinilah tempat pengangkutan korban dari Tuol Sleng dan tempat-tempat lain di tanah air ditahan. Biasanya saat truk datang, para korban langsung dieksekusi. Namun, karena jumlah korban yang akan dieksekusi meningkat hingga lebih dari 300 per hari, algojo gagal dalam upaya untuk membunuh mereka dalam sehari. Itu sebabnya mereka ditahan untuk dieksekusi keesokan harinya. Deteksi dibangun dari kayu dengan atap baja galvanis. Dindingnya dibangun dengan dua lapis kayu pipih untuk menggelapkan dan juga mencegah tahanan saling bertemu, sayangnya penjara yang gelap dan suram itu dibongkar pada tahun 1979.

Lokasi The Dark and Gloomy Detention

The Executioners Working Office
Here, was the place where executioners stationed permanently Choeung ek worked. The Office as well as the killing fields were equipped with electric power which  enabled them to conduct executions and to read and sign the roasters that accompanied the victims to the site at the nigh time

Information The Executioners Working Office

Lokasi Information The Executioners Working Office
Kantor Kerja Algojo
Di sini, adalah tempat di mana para algojo yang ditempatkan secara permanen Choeung ek bekerja. Kantor serta ladang pembantaian dilengkapi dengan tenaga listrik yang memungkinkan mereka untuk melakukan eksekusi dan membaca dan menandatangani pemanggang roti yang menemani para korban ke lokasi pada waktu malam.

The Chemical Substances Storage Room
Here was the place where chemical substance such as DDT etc was kept. Executioners scattered these substances over dead bodies of victims at once after execution.  This acgtion had two purposes : firstly to eliminate the stengh from the dead bodies which could potentially raise suspicion among people working near by the killing fields and secondly was to kill vixtims who were buried alive.  




Ruang Penyimpanan Zat Kimia
Di sinilah tempat penyimpanan zat kimia seperti DDT dll. Algojo menyebarkan zat-zat ini di atas mayat korban sekaligus setelah eksekusi. Tindakan ini memiliki dua tujuan: pertama untuk menghilangkan bau menyengat dari mayat yang berpotensi menimbulkan kecurigaan di antara orang-orang yang bekerja di dekat ladang pembantaian dan kedua untuk membunuh korban yang dikubur hidup-hidup.

The Killing TOOLs Storage Room
Here was the place where the killing tools such as snackles, leg irons, a hachet, knifes hoes, digging hoes, shoves, iron ox, cart axles were stored.  This instrument was lost in 1979.  The Storage room was constructed from wood with a galvanized steel roof. 

The Killing Storage Room


Ruang Penyimpanan Alat Pembunuh
Disinilah tempat penyimpanan alat-alat pembunuh seperti snack, besi kaki, golok, pisau cangkul, cangkul gali, cangkul, lembu besi, as roda gerobak disimpan. Instrumen ini hilang pada tahun 1979. Ruang penyimpanan dibangun dari kayu dengan atap baja galvanis.

Mass Grave 450 Victims

Berikutnya ada bangunan sederhana yang bentuknya persegi panjang.  Bertiang dan beratap bambu serta berpagar bambu setinggi sekitar 50 cm.

Mass Grave 450 Victims

Ternyata ini adalah Kuburan Massal alias Mass Grave 450 Victims, dari 450 tahanan yang dikuburkan dengan sangat tidak layak,
 
Foto Kuburan Massal 450 orang atau Mass Grave 450 Victims

Sepintas bangunan ini tidak terlihat khusus dan berada di areal kebun yang tidak ada apa-apa nya, hanya di kelilingi pepohonan besar. 

Ya, pohon Kamboja bunga putih famili Plumeria yang terlihat cukup tua terlihat menjadi pendamping para arwah yang yang mungkin tidak tenang.

Di lokasi ini lah tumpukan tengkorak dan tulang belulang tadi ditemukan. Saya menelusuri setiap bagian dan mulai menemukan rekaman nyata dari kondisi yang terjadi beberapa puluh tahun silam. 


Mass Grave 450 Victims
Pagar  bambu yang diatasnya dikalungi dengan hiasan mirip gelang berwarna merah, kuning, hijau dan biru. 

Mass Grave 450 Victims

Mass Grave 450 Victims, dituliskan di potongan kayu dan dihiasi bunga kuning.

Di dalam berupa tanah kering dan ditebar bentuk benda seperti gelang dan di sekitar bangunan nampak galian dan gundukan tanah bekas penggalian.



Di areal ini masih jelas terlihat bekas galian-galian besar yang merupakan lokasi kuburan-kuburan massal. Untuk menjaga keasliannya, pengunjung dilarang berjalan atau melintas di dalam bekas galian tersebut. 





Lokasi ditemukannya tumpukan tulang belulang ini, sebensarnya tidak jauh dari Monumen Stupa yang berada di depan.  Hanya berjarak sekitar 100 m.

Saya bertemu dengan rombongan Turis yang sedang takjub mendengarkan penjelasan dari seorang Tour Guide wanita.  Terlihat para turis mendengarkan dengan antusias dan terkadang ada turis yang bertanya di saat Sang Tour Guide sedang menjelaskan.  

Berikutnya saya melihat ada plang putih di tengah tengah gundukan.

Bones and Teeth Fragmenst
The bones and teeth fragment that were exhumed in 1980 were in the ground.  Nowdays, the bone and teeth fragments have come up after the flood and raining a lot and they were collected to keep on. 


Fragmen Tulang dan Gigi
Fragmen tulang dan gigi yang digali pada tahun 1980 berada di dalam tanah. Saat ini, serpihan tulang dan gigi telah muncul setelah banjir dan hujan deras dan dikumpulkan untuk disimpan.

Berikutnya ada papan berwarna biru yang bertuliskan Former Chinese Grave, Pre 1975.

Menurut informasi dari Audio Tour, lokasi pembantaian ini sebelumnya memang area pemakaman China dan saat penyiksaan di masa kekejaman Pol Pot dirubah menjadi lokasi pembantaian dan penimbunan mayat. Ngeri ya.

Rawa Pembantaian

Setelah melihat Mas Grave 450 orang dan lokasi pembantaian serta ditemukannya serpihan tulang, saya bergerak sesuai Audio Tour ke sebuah rawa lebar yang masih berisikan air. Disini tidak ada keterangan apa pun, namun dari auranya kami meyakini bahwa di lokasi ini pun ditemukan mayat-mayat korban pembunuhan. 

The Conservation Dyke

The Conservation Dyke

The Conservation Dyke

This dyke was constructed in 2000 to be used as conservation facility to prevent destruction of mass graves excavated from floods

Cerita dari rekan, akan sangat berbeda jika kita berkunjung ke sini setelah hujan. Nuansa lembab dan bau tanah yang tercium dari bekas galian kuburan massal akan membuat suasana lain. Apakah benar begitu, saya sendiri tidak bisa mengatakan seratus persen benar, karena saya tidak datang dalam suasana seperti pada saat kondisi yang digambarkan.


Bendungan Konservasi
Tanggul ini dibangun pada tahun 2000 untuk digunakan sebagai fasilitas konservasi untuk mencegah penghancuran kuburan massal yang digali dari banjir

View of Excavation 1980


View of Excavation 1980

Jajaran tulamg belulang mulai dari tengkorak, tulang tangan, tulang kaki dan berbagai serpihan di temukan setelah dilakukan penggalian. Sangat mengerikan membayangkan prosesi pembantaian pada saat itu.

Yang pasti jeritan kesakitan, jeritan menyayat, jeritan pilu, jeritan panggilan Bapak Ibu, jeritan tangis ketakutan, korban pembantaian menggema di Choeung Ek dan pasukan Pol Pot semakin menggila dengan teriakan buas dan kejam serta hantaman berbagai peralatan penyiksa. Sungguh Biadab.

Magic Tree 

Magic Tree 

Magic tree, the tree was used as a tool to hang a loudspeaker which make sound louder to avoid the moan of victims while they were being executed

Magic Tree 

Pohon ajaib, pohon ini digunakan sebagai alat untuk menggantung pengeras suara yang membuat suara lebih keras untuk menghindari erangan korban saat mereka dieksekusi.

Sepertinya pda saat penyiksaan, diputarkan lagu atau suara suara perintah yang volumenya keras, supaya suara suara jeritan kesakitan dan teriakan kematian tidak terdengar.  Memang sungguh kejam.    

Magic Tree 

Piece of Bone Remaining after Excavation 1980

Terdapat kotak kaca atau Akuarium kaca yang didalamnya terdapat serpihan kecil tulang belulang dan gigi manusia. Di lokasi lain saya juga mendapati akuarium kaca yang berisikan pakaian para korban.

Piece of Bone Remaining after Excavation 1980

Informasi dari Audio tour terdapat keterangan bahwa setelah penggalian kuburan massal dilakukan (sekitar tahun 1980), maka beberapa baju korban terus ditemukan setelah hujan. 

Baju-baju tersebut kemudian dikumpulkan dan dibuatkan tempat khusus, supaya jika ditemukan lagi baju yang lain langsung bisa dimasukkan di akuarium tersebut.
Piece of Bone Remaining after Excavation 1980

Killing Tree Againts Which Executioners Beat Children

Saya mengikuti Informasi dari Audio Tour dan sampai pada  sebuah pohon besar yang di bawahnya tertulis keterangan “Killing Tree Against Which Executioners Beat Children”

Pada bagian lain dekat tulisan tersebut teronggok tulang belulang serta gigi-gigi manusia yang dibiarkan begitu saja. Lalu tepat di bawah pohon itu sendiri terdapat bekas galian yang ditutupi kanopi kayu. Galian tersebut adalah bekas kuburan massal dari bayi yang dibunuh. 

Killing Tree Againts Which Executioners Beat Children
Dijelaskan oleh Audio Tour ada hubungannya dengan Tuol Sleng, dan saya tertarik dengan pohon tersebut karena seperti menjawab rasa penasaran saya pada satu lukisan yang terpajang di museum genosida Tuol Sleng. 

Killing Tree Againts Which Executioners Beat Children
Pada lukisan tersebut digambarkan bahwa para bayi dibunuh dengan cara di lempar ke udara dan disambut dengan moncong bayonet. Ada juga yang dibenturkan kepalanya ke sebuah batang pohon, sementara disisi lainnya terlukis mayat-mayat bayi yang berserakan dan berlumuran darah. 

Pohon ini adalah pohon yang ada didalam lukisan yang ada di Tuol Sleng.


Killing Tree Againts Which Executioners Beat Children

Mantan kepala Penjara Rahasia S-21, mengakui bahwa dia telah memerintahkan bawahannya untuk membunuh anak-anak dan bayi. Cara membunuh bayi tersebut sebagaimana dilukiskan di atas, para pembunuh mengangkat kaki  mereka lalu membenturkan kepala mereka ke batang pohon hingga hancur. 

Berikut hasil kutipan kata kata Duch alias Kaing Guek Eav,
Bayi Dibenturkan di Pohon?
Kaing Guek Eav, lebih dikenal sebagai Duch, mantan kepala penjara penyiksaan Notorius S-21 Khmer Merah diakui di depan jaksa pengadilan genosida hibrida bahwa bawahannya membunuh bayi dan anak-anak tahanan dengan kadang-kadang memegang kaki mereka dan menghancurkan kepala mereka ke pohon. 

Tegas mengikuti slogan mereka, "Membersihkan Rumput, itu akan menggali seluruh akarnya", Khmer Merah menangkap seluruh keluarga termasuk bayi dan anak-anak untuk menghindari balas dendam di kemudian hari. Dia belajar tentang kebijakan Khmer Merah tentang anak-anak yang ditahan "Tidak ada gunanya menahan mereka, dan mereka mungkin akan membalas dendam padamu". 

Duch mengatakan, “Awalnya saya tidak mengenali gambar menghebohkan bayi-bayi yang menabrak pohon, tetapi setelah melihat foto-foto saya ingat bahwa itu telah terjadi. Tindakan ini (bayi-bayi dibenturkan ke pohon) dilakukan oleh bawahan saya. Saya sendiri tidak salahkan bawahan saya karena mereka bekerja untuk saya. Saya bertanggung jawab secara pidana atas pembunuhan bayi, anak kecil, dan remaja. Pohon Killimg tetap berada di Pusat Genosida Cheung Ek sebagai bukti tindakan notorius dan tanpa ampun ini.

Merinding bulu roma saya , membayangkan apa yang saya lihat dalam lukisan di museum genosida Tuol Sleng dengan posisi saya sekarang yang persis berada di bawah pohon dalam lukisan tersebut

Mass Grave of More Than 100 Victims Children and women Whose Majority were naked

Mass Grave of More Than `100 Victims Children and women Whose Majority were naked

Mass Grave of More Than `100 Victims Children and women Whose Majority were naked

Mass Grave of More Than `100 Victims Children and women Whose Majority were naked

Mass Grave of More Than `100 Victims Children and women Whose Majority were naked

Mass Grave of More Than `100 Victims Children and women Whose Majority were naked


Museum Choeung Ek Genocidal Center

Setelah menyusuri area outdoor, sampailah kami di Museum Choeung Ek Genocidal Center

Museum Choeung Ek Genocidal Center

Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian ruangan. 
  1. Ruangan Pertama, bagian depan dipajang beberapa tulisan atau keterangan mengenai sistem penjara dan ladang pembantaian yang diterapkan oleh Khmer Merah dan juga sejarah pembangunan memorial stupa. 
  2. Ruangan kedua (bagian tengah) merupakan ruangan yang disulap sebagai bisokop mini tempat pemutaran video cuplikan tragedi yang terjadi di Cheoung Ek dan beberapa keterangan saksi yang melihat atau mendengarkan apa yang terjadi disini. 
  3. Ruangan ketiga, bagian terakhir (ruangan belakang), kita bisa menyaksikan keterangan mengenai silsilah organisasi Khmer Merah, paparan pengakuan dari Duch, mantan kepala Penjara Rahasia S-21 tentang cara pembunuhan bayi dan anak-anak yang diperintahkan pada bawahannya, dan beberapa benda yang ditemukan dalam kuburan massal serta benda atau alat yang dijadikan sarana untuk membunuh para korban. 
Penjelasan Ruangan Pertama

Presentation of The Exermination Camp Choeung Ek


Informasi mengenai Kamboja

Informasi papan mengenai Kamboja:
  1. National Emblem Kamboja
  2. Peta Wilayah Kamboja
  3. Democatic Kamuchea's Flag
  4. Structure of the State of Democratic Kampuchea 
  5. Leaders of the Communist Party of Kampuchea 1976 - 1978, Pol Pot as Leader
  6. The Khmer Rouge Vision of Communits Utopia
  7. Foto national Stadiumin Phnom Penh
  8. National Bank ws Destroyed
  9. Buddhist Statue was demolished
  10. Foto Foto 

Papan Informasi
Informasi foto :
  1. Working on canal and dike Construction Project
  2. Carrying soil on an iirigation project
  3. Mass evacuation of urbandies to the countryside
  4. Weeding Ceremony in Democratic Kampuchea
  5. Working at rice Storehouse
  6. Harvesting Rice
  7. dan beberapa foto yang sudah mulai pudar dan terlepas



The Most Tragict Event
In the Pas 20' century. on the Cambodiam soil the clique of Pol Pot Criminals has comitted a heinous genocidal act. They massacred the population with atrocity in large scale which the world had never met.

With tremendous Memorial Stupa of the Choeung Ek Genocidal Center, we imagine that we are hearing the enervous voice of the victims who were beaten to death by the killers with canes, bamboo stumps or head of hoes and were stabbed with knoves or swords.  We seem to be looking at the horrifying scenes and the panic, stricken faces of the people who were dying of starvation, forced labor or torture without mercy upon the skinny body and they died without giving the last words to their kith and kin.  How bitter were they when seeing their beloved children, wives, husbands, brother or sister were seized and tightly bound and taken to the mass graves while they were waiting for their turn to come and share the same tragic lot?  

Peristiwa Paling Tragis
Pada abad ke-20 Pas. di tanah Kamboja kelompok Penjahat Pol Pot telah melakukan tindakan genosida yang keji. Mereka membantai penduduk dengan kekejaman dalam skala besar yang belum pernah ditemui dunia.

Dengan Stupa Peringatan yang luar biasa dari Pusat Genosida Choeung Ek, kami membayangkan bahwa kami mendengar suara yang menggetarkan dari para korban yang dipukuli sampai mati oleh para pembunuh dengan tongkat, tunggul bambu atau kepala cangkul dan ditikam dengan pisau atau pedang. 

Kita sepertinya melihat pemandangan yang mengerikan dan kepanikan, wajah orang-orang yang sekarat karena kelaparan, kerja paksa atau penyiksaan tanpa belas kasihan pada tubuh kurus dan mereka meninggal tanpa memberikan kata-kata terakhir kepada kerabat dan kerabat mereka. Betapa pahitnya mereka ketika melihat anak-anak, istri, suami, saudara laki-laki atau perempuan tercinta mereka ditangkap dan diikat erat-erat dan dibawa ke kuburan massal sementara mereka menunggu giliran untuk datang dan berbagi nasib tragis yang sama?

Babies Were Smashed?
Kaing Guek Eav, better known as Duch, a former chief of the Notorius S-21 torture prison of the Khmer Rouge was recognised in front of prosecutors of the hybrid genocidal tribunal that his subordinates killed babies and children prisoners by sometimes holding their legs and smashing their heads against the trees.  Strickly adhering to their slogan, "Cleaning Grasses, it shall dig its entire root off", the Khmer Rouge arrested entire families including babies and children to avoid revenge later in life.  He learned about Khmer Rouge policy on detained children "There is no gain to keep them, and they might take revenge on you".  Duch said, "at first I did not recognize the horrendous images of the babies being smashing against the tree, but after seeing photographs I recalled taht had happeneed.  This action (babies smashed against tree) was done by my subordinates.  I my self donot blame my subordinate because they worked for me.  I am criminally responsible for killing babies, young children and teenager's.  The Killimg Tree remains at Cheung Ek Genocidal Center as evidence of this notorius and merciless action.

The prison chief of the Khmer Rouge is not only the first Khmer Rouge official to stand trial for the regime's atrocities but is also the only one to express remorse for his criminal work in the past.  The other four former senior leaders who are awaiting trial deny knowledge of any atrocities.  The trial brought Duch to Chheung Ek Killing Fields so that he could recal what he and his subordinated did in the past.   
The Trip to Chheung Ek Killing Fields in Genocidal Museum  16 km from Phnom Penh was something that he could never forget.  Most victims were tortured before they were taken to Chheung Ek where they all were executed.  Duch said, " I would like to emphasize that I am responsible for the crimes committed at S21, especially the torture and execution  of people there.  May I be permitted to apologize to  the survivors of the regime and also the loved ones of those who died brutally during that time" 

Bayi Dibenturkan?
Kaing Guek Eav, lebih dikenal sebagai Duch, mantan kepala penjara penyiksaan Notorius S-21 Khmer Merah diakui di depan jaksa pengadilan genosida hibrida bahwa bawahannya membunuh bayi dan anak-anak tahanan dengan kadang-kadang memegang kaki mereka dan menghancurkan kepala mereka ke pohon. Tegas mengikuti slogan mereka, "Membersihkan Rumput, itu akan menggali seluruh akarnya", Khmer Merah menangkap seluruh keluarga termasuk bayi dan anak-anak untuk menghindari balas dendam di kemudian hari. Dia belajar tentang kebijakan Khmer Merah tentang anak-anak yang ditahan "Tidak ada gunanya menahan mereka, dan mereka mungkin akan membalas dendam padamu". Duch mengatakan, “Awalnya saya tidak mengenali gambar menghebohkan bayi-bayi yang menabrak pohon, tetapi setelah melihat foto-foto saya ingat bahwa itu telah terjadi. Tindakan ini (bayi-bayi dibenturkan ke pohon) dilakukan oleh bawahan saya. Saya sendiri tidak salahkan bawahan saya karena mereka bekerja untuk saya. Saya bertanggung jawab secara pidana atas pembunuhan bayi, anak kecil, dan remaja. Pohon Killimg tetap berada di Pusat Genosida Cheung Ek sebagai bukti tindakan notorius dan tanpa ampun ini.

Kepala penjara Khmer Merah bukan hanya pejabat Khmer Merah pertama yang diadili atas kekejaman rezim, tetapi juga satu-satunya yang mengungkapkan penyesalan atas tindakan kriminalnya di masa lalu. Empat mantan pemimpin senior lainnya yang sedang menunggu persidangan menyangkal mengetahui kekejaman apa pun. Pengadilan membawa Duch ke Chheung Ek Killing Fields sehingga dia bisa mengingat apa yang dia dan bawahannya lakukan di masa lalu.
Perjalanan ke Chheung Ek Killing Fields di Museum Genosida 16 km dari Phnom Penh adalah sesuatu yang tidak akan pernah dia lupakan. Kebanyakan korban disiksa sebelum mereka dibawa ke Chheung Ek di mana mereka semua dieksekusi. Duch berkata, "Saya ingin menekankan bahwa saya bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan di S21, terutama penyiksaan dan eksekusi orang-orang di sana. Perkenankan saya meminta maaf kepada para penyintas rezim dan juga orang-orang terkasih dari mereka yang meninggal. secara brutal selama itu"


At the end, Justice is found for Cambodian People

Koleksi Baju Khmer

Koleksi Baju Khmer

Proses pembangunan Choeung Ek Genocidal Center

Dokumentasi Peralatan untuk penyiksaan

Tengkorak Korban kekejaman Regime Polpot

Dokumentasi Rahanga rahan yang terluka dan gigi gigi yang tercabut

Photos during Disinterment at Choeung Ek at the end of 1980

Informasi Personal Background of the accused, Kaing Guek Eav, alias Duch, The former Chief of S21 Prison

Para Pengunjung alias Visitor.

Berikut foto foto dokumentasi pengunjung yang berkunjung di saat yang sama dengan Saya, penulis. 






Semoga informasi ini bermanfaat.
Teruslah melangkah, untuk menggapai cita cita
Jangan berhenti melangkah, berceritalah untuk dunia





Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "Choeung Ek Genocidal Center, The Killing Field, Cerita Pilu Ladang Pembantaian Manusia yang mengerikan"

  1. Replies
    1. Om Irwan, kapan foto foto lagi. Pengin belajar bagaimana cara bikin video juga

      Delete
  2. Replies
    1. Ayo Om, bantu dan ajari donk bagaimana cara membuat artikel yang baik dan informatif.

      Delete

Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.

Popular Posts