Kejadian Ikutan PascaImunisasi KIPI : Untung dan Rugi Vaksin AstraZeneca di Tengah Keterbatasan Pasokan

Info Kesehatan

Kejadian Ikutan PascaImunisasi - KIPI : 
Untung dan Rugi Vaksin AstraZeneca di 
Tengah Keterbatasan Pasokan 

Pak Eko sedang di vaksin di Puskesmas Palmerah, di bilangan Petamburan, Tanah Abang

Di tengah keterbatasan jumlah dan pilihan vaksin, risiko ikutan dari vaksinasi Covid-19 perlu diantisipasi secara cermat untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. 

Meskipun sudah melaksnakan vaksin, saya tetap mencari informasi terkait vaksin, dan kebetulan saya divaksin dengan AstraZeneca.  Saya sampai mempelajari KIPI dari Vaksin AstraZeneca, atau Kejadian Ikutan PascaImunisasi.

Apa itu KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)?

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian dan diduga berhubungan dengan imunisasi.

Apakah ada efek samping dari vaksinasi?

Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam pada umumnya ringan dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta bergantung pada kondisi tubuh. Efek seperti demam dan nyeri otot atau kemerahan pada bekas suntikan adalah hal yang wajar namun tetap perlu dimonitor.

Manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin.

Apabila terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), dapat dilaporkan kepada Fasyankes tempat pemberian vaksinasi, kemudian akan ditindaklanjuti oleh focal point yang ada di masing-masing Dinas Kesehatan dan dikaji oleh Komite Pengkajian dan Penanggulangan KIPI yang ada di setiap daerah maupun Nasional.

Setelah meninggalkan lokasi vaksinasi, apa yang harus dilakukan jika tubuh saya mengalami reaksi/keluhan/efek samping setelah vaksinasi?

  1. Tetap tenang
  2. Jika terjadi reaksi seperti nyeri, bengkak atau kemerahan di tempat suntikan, kompres dengan air dingin pada tempat suntikan tersebut.
  3. Jika demam, kompres/mandi dengan air hangat, perbanyak minum air putih dan istirahat.
  4. Jika dibutuhkan, minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.
  5. Laporkan semua reaksi/keluhan yang terjadi setelah vaksinasi ke petugas kesehatan.

Untuk mengantisipasi terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius, sasaran diminta untuk tetap tinggal di tempat pelayanan vaksinasi selama 15 menit*) sesudah vaksinasi.

Vaksin AstraZeneca, Saya termasuk penerima vaksin AstraZeneca dan KIPI cukup terkendali

Hal-hal yang perlu diketahui!

Tidak semua orang yang menerima vaksin COVID-19 mengalami reaksi setelah vaksinasi atau yang dikenal dengan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Kalaupun terjadi, reaksi yang timbul adalah wajar.

Hal yang perlu diingat adalah KIPI jauh lebih ringan dibandingkan terkena COVID-19 ataupun komplikasi terkait COVID-19.

Para ahli sepakat bahwa vaksinasi dan penerapan 3M merupakan cara kita keluar dari pandemi ini.

Dari Sumber Covid19.co.id kejadian pasca vaksin bisa berbeda beda reaksinya pada setiap orang.  Yang penting, persyaratan kesehatan dipenuhi, efek bisa diredam dan untuk kondisi tertentu orang yang melakukan vaksin akan dibekali  obat penghilang KIPI. Saya kebetetulan dibekasi 2 butir parasetamol untuk meredakan nyeri dan efek samping vaksin.

Efek untuk saya, ternyata, saya tidur seharian dan hanya sesekali bangun.  Alhamdulillah dan bersyukur. 

Vaksin AstraZeneca dan Johnson&Johnson terbukti efektif melawan Covid-19. Namun, vaksin berbasis adenovirus ini juga meningkatkan risiko sindrom pembekuan darah walaupun persentasenya sangat kecil. Situasi ini menuntut perubahan strategi guna mengoptimalkan manfaat dan meminimalkan dampak buruknya. 

Terkait berita berita tentang vaksin AstraZeneca, ada artikel yang menarik di Kompas yang ditulis oleh Ahmad Arif tanggal 20 Mei 2021.

Laporan yang dikeluarkan Public Health England, Senin (17/5/2021), menunjukkan, satu dosis suntikan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca menurunkan risiko kematian akibat penyakit tersebut 80 persen lebih rendah. Studi ini merupakan yang pertama tentang efektivitas vaksin AstraZeneca berdasarkan situasi nyata pascaimunisasi di Inggris antara Desember 2020 dan April 2021.

Pada hari yang sama, India juga melaporkan, vaksin AstraZeneca 97 persen efektif melawan varian baru B.1.617. Dalam laporan yang dikeluarkan Rumah Sakit Indraprastha Apollo di Delhi, dari 3.300 pekerja kesehatan yang telah menerima suntikan vaksin ini, hanya dua orang yang menjalani rawat inap karena terpapar Covid-19.

Penggunaan vaksin AstraZeneca tetap terus berjalan dikarenakan vaksinasi Covid-19 membawa manfaat lebih besar. (Siti Nadia Tarmizi)

Vaksin AstraZeneca
Dua laporan terbaru ini menunjukkan, vaksin AstraZeneca memang efektif melawan Covid-19. Vaksin ini sebelumnya juga telah memperoleh Emergency Use Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari otoritas kesehatan di 70 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Akan tetapi, semakin luas penggunaannya, semakin banyak laporan kejadian vaccine-induced thrombotic thrombocytopenia (VITT) atau pembekuan darah karena vaksin yang diduga terkait AstraZeneca. Kasus VITT ini juga dilaporkan terjadi dengan vaksin Johnson&Johnson (J&J).

”Kedua vaksin ini menggunakan platform teknologi yang mirip, yaitu menggunakan virus yang telah dimodifikasi sebagai pembawa antigen (adenovirus),” kata peneliti vaksin dan biologi molekuler di John Curtin School of Medical Research, Australia National University, Ines Atmosukarto, dalam diskusi daring, Selasa.

Menurut Ines, kejadian VITT terkait AstraZeneca secara global rata-rata 10 per sejuta dan vaksin J&J sebesar 3 per sejuta. Di setiap negara angkanya bisa berbeda, bergantung pada jumlah vaksin yang telah diberikan, serta kualitas pemantauan dan pelaporan Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI).

Australia menyebutkan, kejadian VITT di negara mereka yang diduga terkait vaksin AstraZeneca 11 dari 1,4 juta. Sementara di Amerika Serikat, VITT yang diduga terkait vaksin J&J sebesar 6 dari 6,8 juta.

Karena kasusnya sangat langka, menurut Ines, kejadian VITT ini tidak bisa terdeteksi selama uji klinis fase sebelum dikeluarkannya izin penggunaan dua vaksin ini. ”Sampai sekarang masih belum jelas, apakah hal ini disebabkan pembawanya, komposisinya, atau dari antigennya. Namun, sejauh ini belum ada laporan VITT dari vaksin platform lain,” katanya.

Vaksin COVID-19 AstraZeneca jadi salah satu vaksin yang akan digunakan dalam proses pelaksanaan vaksinasi COVID-19 nasional di Indonesia.

AstraZeneca Boleh Digunakan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah resmi menetapkan fatwa dibolehkan menggunakan vaksin AstraZeneca untuk vaksinasi COVID-19. Hal tersebut menjadi dasar bahwa jangan ada lagi keraguan dari masyarakat untuk divaksinasi COVID-19.

Linimasa Vaksin AstraZeneca
Perjalanan vaksin AstraZeneca di Indonesia telah melalui berbagai prosedur yang ketat demi terlaksananya vaksinasi yang benar-benar aman, mulai dari pemberian izin penggunaan darurat hingga terbitnya fatwa MUI. Berikut perjalanannya;
  • 16 Februari 2021Mendapat Emergency Use Listing oleh WHO
  • 22 Februari 2021Badan POM mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) 
  • 8 Maret 2021 : Sebanyak 1,1 juta vaksin diterima Indonesia yang didapat lewat jalur multilateral COVAX Facility dan anggaran sepenuhnya oleh COVAX
  • 16 Maret 2021MUI mengeluarkan Fatwa No. 14, vaksin AstraZeneca saat darurat dibolehkan (mubah)
  • 18 Maret 2021Terkait dengan perkembangan penggunaan vaksin ini di Eropa, European Medicines Agency (EMA) menyatakan vaksin AstraZeneca tidak terkait risiko pembekuan darah secara keseluruhan (tromboemboli) pada penerimanya
  • 19 Maret 2021Badan POM RI bersama tim pakar KOMNAS Penilai Obat, KOMNAS PP KIPI dan ITAGI telah melakukan pembahasan bahwa manfaat pemberian vaksin AstraZeneca lebih besar dibanding risiko ditimbulkan, sehingga vaksin dapat mulai digunakan.

Dilematis  Kebutuhan dan Kekurangan Vaksin     

Di tengah keterbatasan pasokan vaksin secara global, kejadian VITT pada vaksin adenovirus ini menjadi dilema di banyak negara. Denmark menjadi negara pertama yang menghentikan penggunaan AstraZeneca dan J&J secara permanen, disusul  Norwegia. Pekan lalu, setidaknya dua provinsi di Kanada juga telah menghentikan penggunaan AstraZeneca dan secara nasional dilakukan evaluasi terhadap vaksin J&J.

Kebanyakan negara lain lebih memilih langkah sedikit moderat. Australia, misalnya, tidak melarang sepenuhnya, tetapi merekomendasikan vaksin AstraZeneca hanya untuk yang berusia di atas 50 tahun. Adapun untuk orang yang berusia di bawah 50 tahun disarankan menggunakan vaksin Pfizer yang berbasis mRNA.

”Orang usia di bawah 50 tahun di Australia masih bisa menggunakan vaksin AstraZeneca, tetapi setelah berkonsultasi dengan dokter,” kata Ines.

Dokter penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dirga Sakti Rambe, mengatakan, kejadian VITT dari vaksin AstraZeneca  pada umumnya memang terjadi pada usia muda, kurang dari 50 tahun. Ini yang menjadi alasan sejumlah negara memilih menggunakannya untuk kelompok lanjut usia.

Belanda dan Italia hanya menggunakannya untuk orang berusia di atas 60 tahun. Sementara Inggris, negara pembuat vaksin AstraZeneca, memberi opsi bagi mereka yang berusia di bawah 40 tahun untuk menggunakan vaksin lain.

Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Indonesia tetap akan menggunakan vaksin AstraZeneca di luar batch atau kumpulan produksi CTMAV547. Hingga saat ini, vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 masih ditangguhkan penggunaan dan distribusinya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedang menguji toksisitas dan sterilitas vaksin setelah adanya dua laporan KIPI yang fatal. ”Vaksinasi AstraZeneca akan dilanjutkan dengan batch yang lain,” kata Nadia.

Suasana Vaksinasi Covid 19 di GBK
Selain itu, menurut Nadia, Indonesia juga masih akan mendatangkan vaksin yang paling banyak digunakan di Indonesia setelah vaksin Sinovac tersebut. ”Penggunaan vaksin AstraZeneca tetap terus berjalan dikarenakan vaksinasi Covid-19 membawa manfaat lebih besar,” kata Nadia.

Kelola Risiko dan Manfaat Produk Medis - Vaksin

Dokter patologi klinik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan, setiap produk medis, termasuk vaksin, memiliki manfaat dan risiko. Dari aspek kesehatan publik, vaksin AstraZeneca masih aman karena manfaatnya melebihi risikonya. Namun, menurut dia, dalam skala individu, tetap harus ada upaya untuk meminimalkan risikonya.

Seperti diingatkan ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo, satu korban jiwa juga harus dihindarkan karena korban jiwa bukan hanya sekadar angka statistik. Jika Indonesia tetap akan menggunakan AstraZeneca, perlu ada strategi yang dijalankan guna menekan risiko seminimal mungkin.

Persyaratan pelaksanaan Vaksin Covid dengan penerapan screening yang ketat
Untuk meminimalkan risiko ini, Dirga menyarankan para vaksinator menjadi lebih hati-hati dan selektif dalam penggunaan AstraZeneca. ”Jika yang akan divaksin punya riwayat penyakit pembekuan darah tidak normal, sebaiknya jangan pakai AstraZeneca. Pasien yang secara rutin mengonsumsi obat pengencer darah juga mesti hati-hati menggunakannya. Ini bukan tidak boleh secara mutlak, melainkan harus lebih hati-hati,” tuturnya.

Selain itu, para klinisi di Indonesia juga perlu memantau riwayat pasien setelah divaksin dalam rentang waktu 4-28 hari. Jika mereka menerima pasien yang telah divaksinasi ini dengan keluhan sakit kepala yang berat dan persisten disertai gangguan penglihatan, ada kemungkinan pasien itu mengalami pembekuan darah di kepala. Gejala lainnya adalah nyeri di dada dan perut yang hebat dan persisten hingga kaki bengkak sebelah.

Masih diperlukan Vaksin Covid untuk bisa 100 persen penduduk Indonesia

”Jika ada gejala itu setelah divaksin, segera ke rumah sakit terdekat. Untuk dokter yang menangani, jika ada orang yang melaporkan seperti ini, jangan diabaikan. Pemeriksaan dasar yang harus diambil sekurangnya memeriksa darah lengkap dan segera laporkan ke Komnas KIPI,” tuturnya.

Dengan mitigasi yang baik, risiko kefatalan dari kemungkinan VITT bisa diminimalkan. Menurut Dirga, dari sekitar 10 kasus VITT per sejuta orang yang meninggal 20 persen. Jika ditangani dengan tepat, fatalitasnya bisa dikurangi.

Presiden Jokowi memberikan teladan yang baik terkait Vaksinasi, Role model untuk vaksinasi anti Covid 19
Karena persoalan vaksin juga terkait dengan penerimaan publik, menjadi penting bagi masyarakat mendapat informasi tentang untung rugi vaksin ini secara berimbang. Termasuk yang juga menjadi penting adalahh memperbaiki pemantauan dan pelaporan KIPI agar menjadi lebih transparan sehingga kasus-kasus yang ada tidak menjadi spekulasi dan meliar.

Semoga pelaksanaan Vaksin di Indonesia berjalan dengan baik dan masyarakat Indonesia mampu melewati Pandemi Covid 19.

Aamiin. 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kejadian Ikutan PascaImunisasi KIPI : Untung dan Rugi Vaksin AstraZeneca di Tengah Keterbatasan Pasokan "

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.

Popular Posts